JAKARTA, COBISNIS.COM – PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) berencana menutup lima dari sepuluh pabriknya sebagai upaya rasionalisasi fasilitas produksi.
Penutupan ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar 2-3 tahun dan berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi sebagian karyawan.
Menanggapi situasi ini, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, menyatakan bahwa pihaknya telah meminta Kimia Farma untuk menemukan solusi yang adil bagi kedua belah pihak.
Menurut Arya, langkah ini harus dilakukan untuk mendorong optimalisasi dan penurunan biaya operasional guna mencapai efisiensi.
Arya menjelaskan bahwa Kimia Farma terpaksa melakukan penutupan pabrik untuk mengatasi masalah kelebihan kapasitas.
Ia memberikan analogi bahwa memiliki pabrik yang tidak efektif sama dengan memiliki mobil rental yang tidak digunakan, yang tidak sehat untuk bisnis.
Direktur Produksi dan Supply Chain Kimia Farma, Hadi Kardoko, menambahkan bahwa rasionalisasi fasilitas produksi dilakukan sebagai respons terhadap tantangan bisnis.
Upaya ini mencakup reorientasi bisnis, restrukturisasi keuangan, dan efisiensi operasional.
Hadi mengungkapkan bahwa saat ini utilisasi pabrik Kimia Farma kurang dari 40 persen, dan dengan penataan yang direncanakan, utilisasi diharapkan meningkat di atas 40 persen.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya operasional.
Penutupan pabrik ini diharapkan tidak hanya mendorong efisiensi, tetapi juga membantu Kimia Farma dalam menghadapi tantangan bisnis yang ada. Upaya rasionalisasi ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk tetap kompetitif dan berkelanjutan di masa depan.
Dengan langkah ini, Kimia Farma berharap dapat mengoptimalkan operasionalnya dan memberikan manfaat maksimal bagi perusahaan serta karyawan, sesuai dengan arahan untuk menemukan solusi win-win.