JAKARTA, Cobisnis.com – Kalau Tuhan sudah berkehendak, siapa pun tak dapat menolaknya, termasuk soal rezeki. Pria sederhana ini sangat beruntung karena akan mendapatkan kekayaan yang diperkirakan mencapai Rp 177 triliun telah memutuskan untuk menghadirkan kejutan bagi banyak orang dengan niatnya yang luar biasa.
Meskipun masih lajang dan tanpa keturunan, ia telah menyatakan keinginannya untuk mewariskan seluruh harta bendanya kepada seseorang yang mungkin tak disangka: mantan tukang kebunnya.
Mengapa ia memilih untuk mewariskan kekayaannya kepada orang tersebut?
Nicolas Puech, seorang pewaris dan pengusaha dari Prancis yang merupakan cucu dari pendiri merek Hermes, memiliki keputusan yang tidak biasa. Meskipun menjadi anggota keluarga generasi kelima pemilik brand Hermes, pada tahun 2014, Nicolas mengambil langkah mengejutkan dengan mengundurkan diri dari dewan pengawas perusahaan.
Meskipun demikian, ia masih memiliki saham yang signifikan, berkisar antara 5 hingga 6 persen dari Hermes. Pada satu waktu, perusahaan besar LVMH berusaha mengambil alih Hermes, namun ahli waris keluarga pendiri memutuskan untuk membuat perusahaan induk untuk mencegah hal tersebut, dengan Nicolas menjadi satu-satunya anggota keluarga yang tidak bergabung.
Sekarang, dalam sebuah keputusan yang mengejutkan, Nicolas memiliki rencana untuk mewariskan kekayaannya kepada mantan tukang kebunnya, seseorang yang memiliki latar belakang dari keluarga sederhana di Maroko yang identitasnya tidak terlalu dikenal.
Menurut majalah Bilan, Nicolas tercatat sebagai salah satu dari 300 orang terkaya di Swiss, dengan kekayaan bersih antara 9 hingga 10 miliar franc Swiss (sekitar Rp177 triliun). Namun, keberhasilan niatnya ini masih belum pasti, meskipun ia sudah mempersiapkan tim ahli hukum untuk membantu dalam prosesnya.
Nicolas mengajukan permintaan adopsi guna mewariskan kekayaannya kepada mantan tukang kebunnya yang telah menikah dengan seorang wanita Spanyol dan memiliki dua anak. Namun, proses adopsi orang dewasa di Swiss sangat rumit dan jarang terjadi.
Jika usaha ini berhasil, penerima manfaat bisa mewarisi setidaknya sebagian dari kekayaan Nicolas. Meskipun demikian, adopsi bukanlah satu-satunya tantangan dalam memenuhi keinginan Nicolas.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa kasus ini memunculkan sejumlah kesulitan dalam prosesnya, terutama terkait kontrak aset yang telah ditandatangani oleh Nicolas dengan Yayasan Isocrates yang ia dirikan di Jenewa pada tahun 2011.
Ketika media mencoba mengonfirmasi informasi ini kepada Yayasan Isocrates, pihak yayasan menyatakan bahwa mereka telah diberitahu mengenai niat Nicolas untuk membatalkan kontrak tersebut, namun langkah selanjutnya masih belum jelas.