JAKARTA, Cobisnis.com – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tidak memiliki rencana untuk menurunkan tarif tiket LRT Jabodebek, meskipun saat ini terdapat kendala dalam pelayanannya akibat sebagian besar armada sedang menjalani perawatan. Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Risal Wasal, prioritas saat ini adalah memfokuskan perhatian pada perbaikan layanan LRT Jabodebek, termasuk mengevaluasi masalah-masalah yang ada, seperti keausan roda kereta. Tindakan ini dilakukan untuk segera menemukan solusi yang tepat.
Risal menjelaskan, “Kami tidak ingin terburu-buru menurunkan tarif, ini demi keselamatan. Kami ingin mencegah masalah dan memperbaiki temuan yang ada.” Dengan demikian, ia mempertahankan skema tarif tiket LRT Jabodebek yang telah ditetapkan. Saat ini, tarif LRT Jabodebek masih menggunakan tarif promo, yaitu Rp 3.000 untuk kilometer pertama dan tarif maksimal sebesar Rp 20.000 pada hari kerja. Sedangkan pada akhir pekan dan hari libur nasional, tarif LRT Jabodebek adalah Rp 3.000 untuk kilometer pertama dan Rp 10.000 sebagai tarif maksimal.
Untuk skema tarif normal LRT Jabodebek, telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2023 tentang Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api Ringan Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi untuk Melaksanakan Kewajiban Pelayanan Publik. Menurut regulasi ini, tarif dasar LRT Jabodebek dimulai dari Rp 5.000 untuk 1 kilometer pertama, dengan penambahan sebesar Rp 700 per kilometer berikutnya.
Diketahui bahwa saat ini LRT Jabodebek hanya dapat mengoperasikan 9 rangkaian kereta (trainset) dari jumlah yang seharusnya mencapai 16 trainset, dikarenakan perlu dilakukan perawatan bubut roda sebanyak 18 trainset. Hal ini mengakibatkan pengurangan frekuensi perjalanan dari 234 perjalanan menjadi 131 perjalanan, dan peningkatan headway (jarak antar kereta) menjadi sekitar 1 jam, dibandingkan sebelumnya yang sekitar 30 menit.
Ketua Forum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Aditya Dwi Laksana, menyampaikan keprihatinannya terhadap kendala operasional ini. Ia mengkhawatirkan bahwa hal ini dapat mengganggu kenyamanan penumpang dan berpotensi mengurangi minat masyarakat terhadap LRT Jabodebek, meskipun animo masyarakat sebelumnya sudah mulai meningkat. Laksana menyarankan bahwa operator seharusnya menambah frekuensi perjalanan untuk memperpendek headway dan meningkatkan jadwal keberangkatan kereta, alih-alih mengurangi jumlah armada yang dioperasikan.