JAKARTA, Cobisnis.com – Namanya telah menjadi sorotan di kalangan pengusaha muda – Muhammad Jupaka, seorang pebisnis sukses yang telah mencapai kesuksesan melalui berbagai lini bisnis dan startup. Jupaka bukan hanya seorang pebisnis dan konsultan bisnis, tetapi juga seorang selebgram dengan lebih dari 103 ribu pengikut. Ia kini mengelola sejumlah merek terkenal, seperti Kick Avenue, Gong Cha, Regarde, NIION, Indonesianbased, Plus Enam Dua, Infia Group, National Mentor DSC XII, Sada by Cathy Sharon, cari-supir.com, dan AJA.
Namun, prestasi Jupaka tidak berhenti di situ. Ia juga adalah seorang mentor DSC atau Diplomat Success Challenge (DSC). DSC adalah salah satu program kompetisi wirausaha terbesar di Indonesia, yang memberikan peluang kepada para pemuda untuk memulai usaha mereka sendiri. Program ini, yang diinisiasi oleh Wismilak Foundation, berhasil merekrut wirausahawan muda berpotensi setiap tahunnya, menyediakan dana hibah sebesar Rp2,5 miliar, serta pendampingan dan edukasi bagi mereka yang ingin terjun dalam dunia usaha.
Dalam acara temu media terbaru Diplomat Success Challenge (DSC) ke-14, Muhammad Jupaka memberikan kiat agar para pemuda sukses memulai bisnis mereka sendiri. Acara ini bertema “Pemuda Indonesia Berani Berwirausaha” dan diadakan di Hotel Kuratakeso, Jakarta Selatan, pada Rabu (26/10). Jupaka menekankan pentingnya pemuda wirausahawan untuk memiliki pemahaman finansial yang kuat. Menurutnya, jika mereka tidak menguasai aspek finansial, maka bisnis mereka mungkin tidak akan mencapai potensinya.
“Banyak pebisnis saat berjualan hanya memperhitungkan bahan baku untuk produksi, tidak menghitung biaya gas, biaya maintenance, listrik, dan lain-lain. Jadi masalah finansial adalah hal yang penting untuk dipahami,” kata Jupaka.
Menurut Jupaka, salah satu tantangan utama dalam DSC adalah menjadikan para peserta memahami angka-angka finansial yang mereka tulis. “Jika mereka sudah menguasai ilmu keuangan, perjalanan bisnis mereka akan menjadi lebih mudah,” tambahnya.
Selain aspek finansial, Jupaka juga menekankan pentingnya sinergi dan kerja sama. “Saya juga mengajarkan bagaimana membangun jaringan bisnis, kadang-kadang saya juga berinvestasi dan membangun bisnis dengan para pengusaha di luar bisnis yang saya pegang,” katanya.
Menurut Jupaka, memulai dan membangun bisnis tidak selalu berhubungan dengan uang, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk membangun jaringan yang kuat. “Misalnya, jika saya ahli dalam bisnis makanan, tetapi tidak memiliki waktu untuk mempromosikannya, kita bisa memanfaatkan KOL (Key Opinion Leaders) dengan mengirimkan makanan gratis, sehingga membantu membangun ekosistem yang baru. Dengan cara ini, bisnis akan tumbuh lebih pesat.”
Dalam dunia bisnis, pengusaha harus saling mendukung satu sama lain. “Kita tidak boleh bekerja sendiri dan meraih kesuksesan sendiri. Kita perlu sinergi, kolaborasi, dan pemahaman finansial yang kuat agar bisnis dapat berkembang dan bertahan lama,” tegasnya.
Jupaka juga menggarisbawahi pentingnya dampak sosial yang dihasilkan oleh bisnis terhadap masyarakat setempat. “Saya pernah mendengar ada seseorang yang keluar dari agensinya dan mendirikan agensi baru. Hal ini menciptakan dampak sosial positif karena dari satu entitas, menjadi dua, yang pada akhirnya menguntungkan bisnis,” ujarnya.
Terakhir, Jupaka mengingatkan bahwa ekonomi akan tumbuh ketika ada persaingan. “Kita membutuhkan pesaing sehingga bisnis dapat bertahan lama. Dengan adanya pesaing, akan muncul inovasi baru dalam dunia usaha, terutama di era digital. Mari biarkan mereka bersaing secara sehat.”