JAKARTA, Cobisnis.com – Beberapa waktu lalu, ramai diberitakan pengemudi ojol yang dilecehkan para penumpangnya. Tidak hanya satu kasus, tapi beberapa kasus muncul ke permukaan. Ada yang diraba-raba tubuhnya, disuruh melakukan tindakan seksual, hingga mendengar ucapan-ucapan pelecehan dari pelanggannya.
Pelecehan ini tidak terjadi pada pengemudi ojol wanita, tapi pengemudi pria yang dilecehkan oleh pria. Pelaku diduga mengalami penyimpangan seksual atau masuk dalam kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transeksual).
Salah satu kasus yang muncul yang sempat disorot redaksi cobisnis.com adalah akun ojol bernama Arya Hexa Putra yang menjadi pengemudi Ojol Maxim di daerah Lampung.
Ia mengaku diajak ke sebuah hotel di daerah lampung seorang pria sambil diiming-imingi uang. Berikut postingan lengkapnya:
DI INFORMASIKAN!!!!
HATI – HATI dengan Customer
An ALIN. Dia ini laki – laki LGBT tdi pagi sekitar 09:30 dapet di gua, masa gua di ajak ke redorz, emng firasat gua pas dia naik tadi gak enak. Jadi sepanjang Jalan itu gua gak pernah ngobrol sama dia pas di atas motor, cuman nanya pas udah mau sampe.
Orderan dia dari BCA Pasar Tengah Tanjung Karang Tujuan ke Perumahan Sukarame yg lewat Karimun Jawa yg jalur dua Bisa tembus belakang UIN itu. Pokoknya hati” lah y teman” Driver OJOL. Ini nih Tanda” Kiamat sudah dekat. Astagfirullah
Tak lupa, ia menyertakan screenshot pembicaraan dengan pelangganya, dimana ia diajak ke sebuah hotel dengan imbalan uang.
Pengemudi Ojol sendiri memang rawan terkena pelecehan hingga mereka harus dilindungi. Ada beberapa faktor yang membuat mereka rawan terkena pelecehan seksual, berikut di antaranya:
Interaksi dengan Banyak Orang Tidak Dikenal: Sebagai pengemudi ojek, mereka berinteraksi dengan banyak orang yang tidak dikenal setiap harinya. Beberapa dari pelanggan tersebut mungkin memiliki niat buruk atau dapat menimbulkan ancaman bagi keselamatan dan kesejahteraan pengemudi.
Jam Kerja Fleksibel: Banyak pengemudi ojek bekerja pada jam-jam yang tidak biasa, termasuk malam hari dan akhir pekan, di mana risiko pelecehan cenderung meningkat karena lingkungan yang kurang ramai dan terpencil.
Keterpencilan dan Kurangnya Pengawasan: Beberapa perjalanan dilakukan di area terpencil atau kurang terawasi. Hal ini dapat membuat pengemudi rentan terhadap situasi yang berbahaya tanpa ada pengawasan yang memadai.
Kurangnya Perlindungan: Beberapa pengemudi mungkin tidak memiliki asuransi atau perlindungan hukum yang memadai jika menghadapi situasi yang berisiko tinggi atau menjadi korban pelecehan.
Tidak Dikenalnya Identitas Pelanggan: Sebagai pengemudi ojek, mereka sering kali tidak tahu apa-apa tentang calon pelanggan sebelum dijemput, sehingga sulit untuk menilai risiko atau keamanan.
Perasaan Keterbatasan: Beberapa pengemudi mungkin merasa terbatas dalam menghadapi situasi pelecehan karena takut kehilangan pekerjaan atau mendapat reputasi buruk jika melaporkan insiden tersebut.
Kurangnya Latar Belakang Pelanggan: Beberapa perusahaan ojek online mungkin tidak memiliki sistem verifikasi yang ketat terhadap calon pelanggan, yang dapat meningkatkan risiko pelecehan.
Kondisi Lalu Lintas dan Jalan yang Tidak Terkendali: Lingkungan lalu lintas dan jalan yang tidak terkendali dapat meningkatkan risiko kecelakaan atau situasi berbahaya lainnya bagi pengemudi.