JAKARTA,Cobisnis.com – Perum Perhutani dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau Holding pangan ID Food bersinergi mendukung program pemerintah dalam rangka ketahanan pangan khususnya gula melalui budidaya tanaman tebu.
Sinergi ini diwujudkan dalam penandatanganan Head of Agreement (HoA) Kerjasama Pemanfaatan Kawasan Hutan Untuk Kegiatan Budidaya Terutama Tanaman Tebu Guna Mendukung Ketahanan Pangan oleh Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro dan Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Frans Marganda Tambunan di Gedung Graha Perhutani lantai XX, Jakarta, Jumat, 30 Desember.
Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro menyampaikan budidaya tebu di kawasan hutan dilaksanakan dalam rangka menunjang program pemerintah dalam ketahanan pangan.
Karena itu pemerintah menerbitkan PermenLHK no. 81 tahun 2016 tentang kerja sama penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan untuk mendukung ketahanan pangan.
Sejak diterbitkannya PermenLHK No. 81 Tahun 2016 tersebut, kata Wahyu, Perum Perhutani telah menyediakan lahan seluas 23.708 hektare (ha).
“Pengembangan tebu di lahan hutan banyak tantangannya, perlu sinergi dengan berbagai pihak agar program ini berhasil, pemanfaatan lahan hutan untuk tebu telah dipayungi secara legal oleh pemerintah oleh karena itu kita harus menjalankannya,” katanya, dalam keterangan, Jumat, 30 Desember.
Sementara itu, Direktur Utama Holding pangan ID Food Frans Marganda Tambunan mengatakan, sebagai upaya mendukung pemerintah dalam berswasembada gula melalui perbaikan hulu pangan, Holding Pangan ID Food mengoptimalkan pemberdayaan lahan untuk berbudidaya tebu sinergi Perum Perhutani.
“Untuk mengoptimalkan produksi tebu, bersama Perhutani kami bersinergi memberdayakan lahan kawasan hutan di area Jawa Barat dan Jawa Timur untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan budidaya tebu, melakukan pendampingan dan jaminan offtake hasil budidaya tebu,” ucap Frans.
Dukungan lainnya dalam hal swasembada gula, lanjut Frans, ID Food merupakan perusahaan BUMN satu-satunya di Indonesia yang mengimplementasikan.
Sistem Resi Gudang (SRG) gula pertama di Indonesia untuk membantu peningkatan kesejahteraan petani tebu dengan realisasi sebanyak 96 resi senilai 40.202 ton atau setara Rp320 Miliar.
Menurutnya, kolaborasi budidaya tebu ini pun dapat menjadi peluang untuk peningkatan kesejahteraan petani tebu ke depannya.
“Sinergitas yang akan berlaku selama 2 tahun ke depan ini mencakup pemanfaatan kawasan hutan, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan budidaya tanaman tebu, peningkatan produksi dan produktivitas kegiatan budidaya tanaman tebu,” jelasnya.