Karawang, Cobisnis.com 15 Februari 2022. Sejak pandemi melanda dunia pada tahun 2020, data center mengalami perkembangan yang signifikan akibat lonjakan pengguna internet, e-commerce, media sosial dan lainnya.
Masyarakat Indonesia dikenal cepat dalam beradaptasi dengan teknologi. Riset dari beberapa media terpecaya menunjukkan berbagai indikasi yang mengkonfirmasi tren yang sedang berlangsung.
DataReportal mencatat adopsi internet di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 73,7% dari populasi atau lebih tinggi dari rata-rata dunia (62,5%). Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dimana pada laporan sebelumnya disebutkan adopsi internet di Indonesia 5 tahun lalu hanya mencapai 51% sedangkan rata-rata dunia adalah 50%.
e-Conomy SEA, program riset tahunan yang diluncurkan oleh Google dan Temasek mendokumentasikan Gross Merchandise Value (GMV) Indonesia pada tahun 2021 merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara (US$ 70 miliar), diikuti oleh Thailand (US$ 30 miliar), serta Vietnam dan Malaysia (US$ 21 miliar).
GMV Indonesia mencatat kenaikan 49% jika dibandingkan dengan hasil tahun 2020 dan dengan memperkirakan Compound Annual Growth Rate sebesar 20%, GMV pada tahun 2025 diharapkan akan mencapai US$ 146 miliar, atau sekitar 2,6 kali lipat dari pesaing terdekatnya.
Saat ini ada lebih dari 64 data center di tanah air yang sebagian besar berada di Jakarta. Permintaan data center di daerah juga semakin meningkat karena adanya PP No. 71/2019 tentang Sistem dan Transaksi Elektronik serta PP No. 5/2021 yang mengklasifikasikan data center sebagai bagian dari sektor industri dan wajib berada di kawasan industri. Dengan demikian, investasi data center menciptakan permintaan terhadap kawasan industri tertentu yang telah memenuhi standar persyaratan infrastrukturnya.
Meski tidak banyak terdengar dan diketahui oleh publik, Suryacipta City of Industry (“Suryacipta”) telah berhubungan dengan data center dalam beberapa tahun terakhir. Disebutkan bahwa Suryacipta tengah mentargetkan lebih dari 5 data center di kawasan industrinya dimana salah satu data center sudah akan mulai beroperasi.
Untuk saat ini, Binawati Dewi, Head of Sales & Tenant Relations Suryacipta enggan membeberkan nama-nama dari data center tersebut karena terikat dengan NDA (Non-Disclosure Agreement).
Di luar dugaan, meskipun suryacipta terlihat paling jauh (dari Jakarta) di antara kawasan industri lain yang menampung data center, Suryacipta tetap menjadi kawasan yang paling diminati.
Dewi menyampaikan, “Kami memang sedang disibukkan dengan transaksi data center karena kualifikasi kami yang mumpuni untuk menjadi tuan rumah data center, terlebih lagi kami juga dikenal responsif, mudah berbisnis dan fleksibel”.
Dalam beberapa tahun terakhir, diluar dari banyaknya tantangan, Suryacipta telah melakukan perbaikan yang cukup signifikan guna mewujudkan kawasannya sebagai lokasi ideal bagi perusahaan data center.
Suryacipta telah membuka 5 jalur masuk fiber optik ke dalam kawasan dan tiap jalur akan menyokong satu sama lain guna meminimalisir kemungkinan terputusnya konektivitas.
Selain bekerja sama dengan 5 ISP (Internet Service Provider), Suryacipta juga telah menandatangani MOU dengan XL Axiata pada Agustus 2021 untuk memberikan pilihan, tidak hanya untuk data center namun juga untuk tenant manufaktur.
Dewi menambahkan bahwa Suryacipta sedang dalam tahap diskusi dengan 3 ISP lain yang ingin bekerja sama dengan Suryacipta, “hingga akhir tahun 2022, kami akan memiliki sekitar 10 ISP untuk mendukung aktivitas tenant”.
Ketika ditanya secara spesifik tentang jarak dari Jakarta, Dewi menyatakan bahwa melalui diskusinya dengan berbagai ISP, semua mengkonfirmasi bahwa seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang terus meningkat maka latensi dapat dijaga seminimal mungkin sesuai dengan standar kebutuhan data center. Dengan demikian, tidak lama lagi jarak tidak lagi menjadi masalah selama Suryacipta terus berkomitmen menyediakan tempat yang aman bagi data center untuk beroperasi.