JAKARTA, Cobisnis.com – Pandemi telah mempercepat adopsi digital di kalangan konsumen termasuk di industri perbankan. Maka penguasaan ekosistem digital menjadi faktor kunci memenangkan persaingan. Kini semua bank berlomba melakukan sinergi melalui integrasi untuk menguasai ekosistem yang mewadahi segala kebutuhan nasabah. Karenanya persaingan di industri perbankan menjadi kian ketat termasuk dengan hadirnya neo bank.
Berdasarkan hasil survei Inventure-Alvara, semua banking akan berlomba mendapatkan kepercayaan konsumen. Sebanyak 93% responden menjawab lebih percaya model perbankan yang berbasis digital bank dibanding neo bank. Sama halnya dengan model perbankan yang lebih disukai.
Dalam gelaran Indonesia Industry Outlook 2022, Riko Wardhana, Head of Digital Banking Product Bank Syariah Indonesia (BSI) menekankan bahwa bank-bank besar (incumbent) yang sudah beroperasi puluhan bahkan ratusan tahun memang memiliki advantages dari sisi basis konsumen yang besar, infrasturtur, hingga kepercayaan dari nasabah. “Bank-bank besar sudah memiliki ekosistem yang lebih siap,” ujarnya.
Tak heran jika konsumen Indonesia lebih percaya digital banking services dibandingkan neo bank yang baru berdiri 2-2 tahun terakhir.
Sementara itu, ke depannya, phydigital atau physical dan digital experience akan semakin massif terlihat dari hasil survei Inventure-Alvara yang menunjukkan bahwa 44,4% responden akan melakukan transaksi layanan secara online sebagian offline, dengan transaksi offline terbanyak yaitu menabung 77,4% dan membuka tabungan sebanyak 76,5%.
Sedangkan untuk produk perbankan syariah, sebanyak 77,1% responden lebih memilih KPR syariah dengan cicilan tetap dibanding dengan KPR konvensional dengan bunga floating.