JAKARTA, Cobisnis.com – Pemerintah terus mendorong penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan. Karena itu pemerintah pun berencana menghapus bahan bakar minyak dengan oktan di bawah RON 91. Namun, yang akan dihapus lebih dulu adalah BBM jenis Premium karena memiliki kadar oktan RON 88. Sementara, untuk Pertalite masih ada dan dijual pada 2022.
Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Sub Holding Pertamina Commercial & Trading Irto Ginting menjamin bahwa Pertamina masih menjual Pertalite di 2022. Karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik.
“Pertalite masih ada di tahun 2022. Masyarakat tidak perlu panik. Kami akan menyiapkan BBM sesuai kebutuhan,” katanya, Rabu, 29 Desember.
Sekadar informasi, BBM jenis Pertalite memiliki kadar oktan sebesar 90 persen. Sementara berdasarkan ketentuan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pengurangan emisi karbon, dimuat rekomendasi penggunaan BBM dengan tingkat RON 91.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan hingga saat ini belum ada kebijakan untuk meniadakan Pertalite.
Alih-alih menghapus, Nicke bilang pemerintah akan melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menggunakan BBM dengan oktan yang lebih tinggi. Hal ini, sejalan program Langit Biru yang dikeluarkan Pertamina pada pertengahan 2020.
Lebih lanjut, Nicke mengatakan bahwa program Langit Biru ini hadir sebagai upaya pemerintah mendorong masyarakat untuk membeli shifting dari Premium ke Pertalite.
“Tidak ada kebijakan hari ini yang untuk menghapuskan Pertalite. Itu tidak ada. Jadi ini kembali lagi, kita ini lebih ke edukasi, edukasi ke masyarakat karena nanti kita akan sama-sama merasakan manfaat dari program Langit Biru ini,” tuturnya, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 28 Desember.
Nicke pun memastikan bahwa BBM jenis Pertalite masih akan ada di pasaran.
“Jadi Pertalite ini masih ada di pasar, jadi silakan,” katanya.
Meski begitu, ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan BBM dengan kualitas yang lebih baik yakni Pertamax.
“Tapi kami mendorong agar menggunakan yang lebih baik yaitu Pertamax. Supaya kita bisa memberikan kontribusi terhadap penurunan karbon emisi di Indonesia,” katanya.