DENPASAR, Cobisnis.com – Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali telah menerapkan Sistem Manajemen Energi ISO 50001:2018. Ini merupakan salah satu wujud komitmen Angkasa Pura Airports selaku pengelola untuk dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan hidup dalam melakukan operasi bisnisnya.
Tahapan penerapan Sistem Manajemen Energi ISO50001:2018 oleh Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali telah dimulai sejak Februari 2021, di mana hal ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara Angkasa Pura Airports dengan Direktorat Konservasi Energi – Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) pada Oktober 2020 lalu.
Direktur Utama Angkasa Pura Airports Faik Fahmi mengatakan, “Angkasa Pura Airports berkomitmen untuk dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan hidup, di mana hal ini juga menjadi salah satu misi perusahaan. Konservasi energi melalui penerapan sistem manajemen energi dan pemanfaatan energi terbarukan di bandara merupakan wujud dari implementasi misi perusahaan tersebut.”
“Saat ini, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali menjadi bandara pionir di Angkasa Pura Airports yang telah menerapkan Sistem Manajemen Energi ISO 50001:2018 dan diharapkan bandara kelolaan lainnya juga dapat menerapkannya,” tambahnya.
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dipilih menjadi bandara Angkasa Pura Airports pertama yang menerapkan Sistem Manajemen Energi ISO 50001:2018 karena bandara ini merupakan salah satu bandara dengan aktivitas tersibuk. Meningkatnya operasional bandara berdampak pada peningkatan konsumsi energi, baik penggunaan energi listrik maupun energi bahan bakar minyak (BBM).
Dengan menerapkan sistem manajemen energi ini, bandara dapat melakukan penghematan atau efisiensi energi yang dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).
Penerapan manajemen energi di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali hingga Desember 2021 ini berpotensi menghasilkan penghematan energi sebesar 3.627.686 Kwh atau setara dengan Rp. 4.309.691.285. Selain manfaat penghematan energi, manajemen energi di Bandara Bali juga berpotensi untuk menurunkan emisi GRK sebesar 2.866 ton CO2/Mwh.
Terkait kebijakan konservasi energi, Manajemen Angkasa Pura Airports juga telah menerbitkan instruksi tentang langkah-langkah penurunan gas emisi rumah kaca di bandara-bandara yang dikelola perusahaan.
Instruksi ini memuat rencana aksi untuk mendukung konservasi energi seperti pemanfaatan energi baru terbarukan melalui penggunaan pembangkit listrik tenaga surya, penggunaan lampu penerangan jalan solar cell, penggunaan lampu LED, dan penggunaan peralatan hemat energi lainnya yang mendukung kegiatan operasional bandara.
“Penerapan Sistem Manajemen Energi ISO 50001:2018 di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali merupakan upaya konservasi dan penghematan energi yang nyata untuk mendukung perwujudan bandara ramah lingkungan atau green airport,” ujar Faik Fahmi.
“Secara bertahap, kami akan menerapkan sistem manajemen energi ini di bandara kelolaan lainnya sehingga Angkasa Pura Airports dapat berkontribusi lebih besar dalam menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor transportasi sebagai wujud kontribusi positif terhadap lingkungan,” pungkasnya.