Jakarta, Cobisnis.com – Banyak pihak yang optimistis perekonomian nasional tumbuh 7% di kuartal dua. Namun Ketua KADIN DKI Jakarta Diana Dewi justru target pertumbuhan ekonomi di kuartal dua sebesar 7% terlalu berlebihan. “Bagi kami yang ada di sektor riil ini terlalu tinggi dan terlalu optimis,” ujar Diana saat dihubungi Okezone di Jakarta (19/5/2021).
Dia mengatakan dari beberapa indikator ekonomi sebagaimana diketahui masih merah sejak awal tahun hingga akhir Februari 2021, dan mulai hijau di bulan Maret 2021.
Namun yang perlu kita perhitungkan adalah daya beli masyarakat paska lebaran. Apakah tetap stabil atau tidak. Selain itu kita juga masih dibayang bayangi dengan terjadinya gelombang dua dan tiga Pandemi COVID-19.
“Bulan April saja level daya beli masyarakat belum normal atau hanya di kisaran 1,43%. Sedangkan kondisi normal itu harusnya 2%,” katanya.
Walau dia mengakui sebelumnya memprediksi akan terjadi tren pertumbuhan ekonomi, namun di masa seperti ini tidak bisa seoptimis itu. “Kami tidak bisa optimistis setinggi itu,” tambahnya.
Namun bagaimanapun Kadin akan tetap konsisten dan mensupport apa yang akan menjadi kebijakan Pemerintah dalam melakukan percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Wakil Ketua Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik Kadin Raden Pardede mengatakan target 7% cukup realistis
karena pada kuartal dua tahun lalu PDB mengalami kontraksi dalam -5.3%. Jadi basis kuartal dua tahun lalu sangat rendah. Artinya hanya dengan tambahan positif 1,7% dari tahun sebelumnya, PDB sudah mencapai pertumbuhan 7%.
“Sementara kalau melihat data penjualan pada bulan April – Mei jauh lebih baik dari bulan Februari hingga Maret,” ujar Raden dihubungi terpisah.
Berikutnya tingkat kepercyaan konsumen meningkat karena vaksinasi sudah berproses dan berjalan cukup baik.
Sementara dari sisi ekspor berjalan baik. Karena ditopang oleh ekspor non migas, CPO, Nickel/Besi baja, serta Batu Bara. “Ini tentu akan memberi dampak multiplier terhadap pendapatan petani kelapa sawit yang jumlahnya cukup banyak,” jelasnya.