Cobisnis.com – Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Freddy Tedja menilai volatilitas imbal hasil obligasi dunia masih terbuka kemungkinan akan kembali turun.
Saat ini, kata dia, ekspektasi pasar cenderung berlebihan atas tren pemulihan ekonomi Amerika Serikat. Vaksinasi di AS disebut berjalan lancar karena dari target pemerintah untuk 100 juta dosis di 100 hari pertama pemerintahan Joe Biden justru tercapai di hari ke 50. Sehingga target tersebut bisa terlewati.
Lalu, disahkan stimulus ekonomi AS senilai USD1,9 triliun mendorong ekspektasi pemulihan ekonomi akan lebih cepat terjadi.
“Pemulihan ekonomi tentu akan diikuti juga oleh kenaikan inflasi dan suku bunga, dan pada akhirnya akan mendorong kenaikan imbal hasil obligasi,” ujar Freddy di Jakarta (21 Maret 2021).
Apakah ekspektasi pemulihan
ekonomi ini valid? Menurut Freddy, walau cukup masuk akal untuk menimbulkan optimisme atas pemulihan ekonomi, tetapi memang ekspektasi pemulihan tersebut belum memperhitungkan kondisi-kondisi lain.
Mulai dari tingkat pengangguran yang masih sangat tinggi yang membuat inflasi sulit untuk naik secara konsisten. Serta kebijakan bank sentral yang tetap mempertahankan suku bunga rendah.
“Jadi masih sangat mungkin volatilitas imbal hasil obligasi dunia kembali reda,” katanya.
Di tengah kenaikan imbal hasil, obligasi Indonesia pun tidak terhindar dari kenaikan. Namun yang menarik, bahkan dengan kenaikan yang terjadi sepanjang tahun berjalan ini, imbal hasil riil (imbal hasil dikurangi dengan ekspektasi inflasi) obligasi Indonesia masih menjadi salah satu yang paling tinggi di kawasan.
“Ini sangat menarik terutama dilihat oleh investor asing di negara maju,” katanya.
Berbagai faktor positif seperti kondisi inflasi yang rendah, imbal hasil, dan suku bunga riil yang menjadi salah satu tertinggi di dunia, likuiditas domestik yang melimpah, dan potensi meningkatnya arus dana asing di tengah kepemilikan yang sudah rendah menjadi faktor pendukung pasar obligasi Indonesia di tahun 2021 ini.
“Ditambah lagi dengan perbaikan fundamental Indonesia dan potensi ekonomi Indonesia sedang menuju ke dalam tahap jalur pemulihan, kondisi saat ini dapat menjadi momen bagi investor untuk mendiversifikasikan dana ke reksadana pendapatan tetap,” ujarnya.
Reksadana pendapatan tetap merupakan instrumen investasi yang diterbitkan oleh perusahaan manajer investasi, yang di dalamnya terdiri dari efek-efek obligasi. Satu produk reksa dana pendapatan tetap berisi banyak obligasi sekaligus, dengan berbagai jenis, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun swasta.
Manajer investasi memiliki sejumlah variasi produk reksa dana pendapatan tetap. Ada produk yang mengkhususkan sebagian besar portofolionya ke obligasi korporasi, ada juga yang fokus pada obligasi pemerintah.
Dengan isi yang berbeda-beda, tentu saja masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, baik dari sisi risiko maupun potensi imbal hasil. Sebagai investor sendiri yang bisa memilih mana yang paling sesuai untuk Anda.
Dengan minimum investasi yang lebih kecil, mulai dari Rp10 ribu, investor dapat memilih jenis investasi reksadana pendapatan tetap yang diinginkannya.
Reksadana pendapatan tetap menjadi solusi tepat bagi investor dengan dana terbatas yang mungkin sulit untuk berinvestasi pada obligasi secara langsung karena memiliki persyaratan jumlah investasi lebih besar, periode penawaran/pembelian sangat terbatas di tanggal-tanggal tertentu, dan itu pun hanya 1 obligasi saja.