Cobisnis.com – Indonesia segera memiliki perusahaan induk holding pembiayaan ultra mikro. Rencana Persib holding pun semakin matang.
Pembentukan holding ultra mikro dilakukan dengan menggabungkan tiga perusahaan pelat merah yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) (PNM).
Skema penggabungan ketiga perusahaan pembiayaan BUMN ini dilakukan dengan penerbitan saham baru melalui mekanisme rights issue dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) oleh BBRI.
Dikutip dalam program 1ST Session Closing Market IDX Channel, Selasa (9 Februari 2021), dalam skenario penggabungan ketiga usaha tersebut, BBRI akan menjadi holding-nya yang menguasai 99,9 persen saham Pegadaian dan PNM.
Dalam skema HMETD pemerintah akan mengambil bagian seluruhnya dengan cara mengalihkan saham seri b yang dimiliki negara di Pegadaian dan PNM ke BBRI.
Penyetoran seluruh saham seri pada Pegadaian dan PNM akan dilakukan sesuai dengan PP No72 Tahun 2016 tentang tata cara penyertaan modal negara kepada BUMN.
Partisipasi pemerintah dalam transaksi ini berbentuk non-cash. Pemerintah juga tidak akan menyuntikkan dana segar ke BBRI.
Dari APBN, kepemilikan saham pemerintah di BBRI pun tidak akan terdilusi. Setelah holding itu terbentuk, pemerintah masih akan menguasai 56,75 persen atau lebih kurang 60 persen.
Sementara itu, publik masih akan menguasai 40 persen atau 43,25 persen saham BBRI. Aksi korporasi ini dinilai akan menguntungkan semua pihak.
Untuk korporasi, pembentukan holding ini akan membawa peningkatan valuasi dan efisiensi bisnis serta penurunan cost of funds. Dengan adanya holding ini diharapkan mampu meningkatkan rasio penyaluran kredit ke UMKM yang jumlahnya mencapai 98 persen, dari total pelaku usaha.