Cobisnis.com – Ninja Xpress meluncurkan Laporan “Suara UKM Negeri 2020” yang berkolaborasi dengan Markplus menggelar metode survei CATI kepada 400 UKM di Indonesia. Hasil survei secara umum menyatakan 64% usaha kecil dan menengah (UKM) sangat merasakan dampak negatif akibat Covid-19.
Data dari Kemenkop UKM tegas menyatakan UKM memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sekitar 61,1%. Artinya, hambatan terhadap bisnis UKM akan berimbas kepada turunnya perekonomian nasional.
“Laporan ini kami harapkan dapat menjadi acuan, tidak hanya bagi Ninja Xpress, tetapi mitra UKM lainnya agar melakukan penyesuaian dengan kebutuhan serta permintaan yang ada di lapangan,” kata Country Head Ninja Xpress, Ignatius Eric Saputra, dalam siaran pers yang diterima Cobisnis.com, Senin (28 Desember 2020).
Mayoritas responden Suara UKM Negeri 2020 adalah usaha mikro dengan volume pengiriman yang relatif rendah dibawah 250 pengiriman per bulan (79%), dan 97% memiliki channel online.
Pemilik usaha mikro sebagian besar adalah generasi milenial yang berdomisili di Jabodetabek dan Bandung dengan rata-rata pendapatan kurang dari 300 juta Rupiah (93%). Jika dipilah berdasarkan sektor bisnis, responden kebanyakan memiliki usaha di bidang fesyen, tekstil, dan aksesoris (58%), kuliner (15,3%), perawatan kulit dan kosmetik (8%), serta kesehatan (6,5%).
“Laporan ini mencakup berbagai macam tantangan yang dihadapi UKM lokal di tengah pandemi dan masa kenormalan baru khususnya dalam isu finansial, promosi, distribusi, dan pengembangan SDM yang penting untuk disimak oleh akselerator UKM,” kata Nadya Prasetyo, Head of Automotive Transportation and Logistics Industry dari Markplus Inc.
Hasil survei juga menunjukkan 57% UKM mengalami masalah bisnis paling utama dalam penurunan persentase daya beli konsumen. Buruknya daya beli menyiratkan kondisi bahwa pendapatan bisnis telah menurun dan masalah ini terjadi hampir di semua lini industri.
Terkait masalah keuangan, 60% responden mengalami penurunan pendapatan, dan 50% memiliki kendala keterbatasan modal untuk menjalankan usahanya. Sedangkan dalam isu logistik, sejak pemberlakukan peraturan PSBB, 45% UKM mengeluhkan waktu pengiriman menjadi lebih lama, dan 21% merasakan tantangan biaya pengiriman yang jadi semakin mahal.
Fakta menarik lainnya terkait pengembangan SDM yaitu sekitar 40% UKM belum menyadari betapa pentingnya pengembangan SDM bagi bisnis di tengah krisis pandemi yang terjadi.
“Kontribusi UMKM sangat besar bagi perekonomian negara, penyerapan tenaga kerja mencapai 97% dari total 120,5 juta tenaga kerja. Sektor usaha mikro merupakan sektor usaha paling lincah di industri, dapat beradaptasi dengan cepat dengan permintaan pasar,” ungkap Luhur Pradjarto, Staff Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemenkop UKM.
“Kondisi ini membuat pengusaha-pengusaha membutuhkan bimbingan dari para pelaku usaha di industri digital dari berbagai sektor untuk membantu mereka, mentransfer ilmu yang aplikatif, agar bersama-sama mampu mendongkrak kembali perekonomian nasional secara menyeluruh,” jelasnya.
Harapan Para UKM
Pelaku UKM sangat mengharapkan bantuan yang tepat dari pihak eksternal. Dalam hal pemasaran, 57% UKM mengharapkan bantuan untuk melakukan promosi menggunakan iklan Facebook/Instagram dan 56% menginginkan bantuan penggunaan influencer untuk mempromosikan produknya.
Terkait bantuan finansial, 51% UKM mengharapkan bantuan berupa tambahan modal atau pinjaman modal usaha, dan 38% pemilik UKM dalam sektor fesyen menyatakan bahwa mereka butuh pinjaman modal usaha berbunga rendah.
Sedangkan dari sisi distribusi, dikarenakan banyaknya bisnis yang mengandalkan layanan online, 57% UKM mengharapkan diskon pengiriman dari layanan kurir langsung untuk konsumennya.
Program pelatihan sistem mentoring adalah yang pendampingan yang paling diharapkan sekaligus paling populer (53%). Jenis bantuan ini paling banyak dicari oleh industri kuliner dan perawatan pribadi. Strategi pemasaran serta keuangan menjadi topik terpopuler untuk program pelatihan ini.














