Cobisnis.com – Setahun pandemi berjalan, beberapa sektor bisnis sudah mulai bisa bernafas lega setelah mengalami penurunan siginfikan dalam bulan ke belakang. Perubahan kebiasaan masyarakat terutama soal mobilitas membuat berbagai sektor bisnis merugi. Dua sektor terdampak adalah industri hiburan dan pariwisata namun memasuki akhir tahun 2020 dua sektor mulai bangkit dan menunjukkan kehidupan kembali.
Sementara itu, di balik penurunan pada beberapa sektor, justru terjadi peningkatan sektor lain. Sebut saja industri peralatan farmasi yang tumbuh tinggi karena kebutuhan medis yang meningkat. Beberapa sektor di bawah farmasi juga mengalami peningkatan signifikan karena adanya pandemi.
E-Commerce Raih Profit Tinggi
Sebelum pandemi, kebiasaan orang berbelanja terbagi menjadi dua, mereka yang mengunjungi toko secara langsung, dan mereka yang berbelanja via e-Commerce. Saat pandemi menyerang Maret lalu, penurunan drastis terjadi pada industri bisnis konvensional non-digital yang berdampak pada pengurangan karyawan hingga penutupan bisnis permanen.
“Banyak startup terdampak secara negatif pada pandemi ini, tapi banyak juga yang baik. Banyak tantangan, banyak juga kesempatan,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Johnny G Plate menanggapi kondisi bisnis di Indonesia beberapa waktu lalu.
VP of Marketplace Bukalapak, Kurnia Rosyada, mengatakan jumlah transaksi oleh Mitra Bukalapak di bulan Juni 2020 naik hingga 3 kali lipat dari bulan yang sama tahun lalu.
“Kenaikan ini merupakan yang tertinggi yang pernah dicapai oleh Mitra Bukalapak,” kata Kurnia Rosyada.
Peningkatan yang sama juga dialami oleh beberapa aplikator uang digital. Sebut saja OVO yang mengalami peningkatan user baru hingga 260%.
Lead PR dari Shopee Indonesia, Aditya Maulana, mengatakan terjadi peningkatan order untuk kategori makanan dan bahan pokok hingga 3x lipat dari biasa. Selain itu, makanan kaleng sempat meroket hingga 7x lipat pada Maret saat awal pandemi berjalan.
Sektor Jasa Lifestyle Bangkit
Sektor jasa lifestyle sempat diragukan bisa bangkit atau bertahan dari terjangan pandemi. Faktanya, sektor ini justru mampu bertahan dan cenderung mengalami peningkatan yang signifikan.
Sektor aplikator jasa lifestyle sempat mengalami masa pesimis ketika salah satu aplikator yang merajai sektor ini, GoLife, memutuskan untuk tutup permanen. Ternyata, selepas GoLife, para aplikator sejenis justru masih bisa menuai profit dan bertumbuh.
Halojasa, aplikasi layanan jasa lifestyle on-demand mengalami peningkatan Gross Transactions Value (GTV) hingga lebih dari 180%. Dengan layanan yang lekat dengan kontak fisik seperti layanan reflexology massage, Halojasa tidak mengalami penurunan yang signifikan sejak awal pandemi hingga hari ini.
“Kami melihat ada perubahan behavior dari konsumen, mereka dahulu merasa produk kita adalah kebutuhan tersier, namun sekarang lebih kepada kebutuhan esensial, untuk meningkatkan kebugaran dan imunitas tubuh,” ujar CEO dan founder Halojasa, Hengky Budiman.
Pertumbuhan GTV 60%-nya berasal dari layanan massage. Bagaimana layanan yang berbasis kontak fisik justru masih bisa mengalami peningkatan yang signifikan dimasa pandemi, sementara spa konvensional memutuskan untuk menutup layanan.
“Orang-orang ini sekarang cenderung berusaha melakukan semuanya di rumah. Itulah kenapa mereka yang biasa pijat ke spa, mereka cari alternatif dan pesan lewat aplikasi Halojasa,” kata Hengky yang menegaskan pentingnya menerapkan protokol kesehatan demi menjaga trust pelanggan.














