Cobisnis.com – Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam, Kementerian Perindustrian, Adie Rochmanto Pandiangan, mengatakan utilisasi produksi nasional dari sektor industri keramik melonjak hingga 65% pada November 2020.
“Diharapkan akan terus meningkat sampai dengan akhir tahun 2020 sebesar 70% dari sebelumnya hanya utilisasi hanya berkisar 45% – 50% karena pandemi Covid-19,” kata Adie di Jakarta, Minggu (6 Desember 2020).
Kemenperin, kata Adhie, terus memacu produktivitas dan daya saing industri keramik di Tanah Air. Sebab, sektor ini mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di dalam negeri, seiring dengan ketersediaan sumber daya alam yang dijadikan bahan baku tersebar di sejumlah daerah.
“Secara kapasitas dan kemampuan, industri keramik kita telah mampu memenuhi kebutuhan nasional. Namun demikian, kami juga mendorong pemanfaatan teknologi guna menciptakan produk yang inovatif dan kompetitif,” ujar Adhie.
Sejumlah kebijakan strategis telah dijalankan pemerintah dalam rangka mendongkrak daya saing industri keramik nasional terhadap ancaman produk impor seperti; penerapan safeguard atau pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengaman (BMTP) terhadap impor produk ubin keramik. Selain itu, pemberlakuan harga gas bumi untuk sektor industri sebesar USD 6 per MMBTU.
“Upaya pemerintah yang telah dilakukan tersebut, sangat mendongkrak pemulihan kinerja industri keramik nasional dan dirasakan juga manfaatnya dengan adanya peningkatan permintaan pasar dalam negeri maupun ekspor,” jelasnya.
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) menyatakan pemulihan industri keramik di Tanah Air terlihat dari hasil kinerja ekspornya. Sepanjang Januari-September 2020, pengapalan produk keramik nasional mencapai USD 49,8 juta atau meningkat 24%, dan secara volume menembus angka 12,8 juta m2 atau melonjak 29%.
“Kinerja ekspor selama sembilan bulan di tahun ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2016,” kata Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto.
Peningkatan nilai ekspor itu terjadi karena membaik dan meningkatnya daya saing industri keramik dengan harga gas baru dan mulai dibukanya lockdown di negara-negara tujuan ekspor.
Adapun lima negara tujuan ekspor utama untuk produk keramik nasional, yaitu ke Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand dan Amerika Serikat (AS).
“Lonjakan ekspor terjadi dengan tujuan negara AS mencapai 130%, Filipina sekitar 60% dan Taiwan 40% serta Australia 50%,” kata Edy.
“Permintaan ekspor ke AS meningkat tajam untuk produk keramik segmen premium, di mana beberapa anggota Asaki telah mengadopsi teknologi terkini dan tercanggih memproduksi keramik big slab (ukuran jumbo) beserta produk olahan lainnya yang memberikan nilai tambah,” jelas Edy.