Cobisnis.com – Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Wawan Rusiawan, mengatakan desain merupakan bidang utama ekonomi kreatif yang mencatat pertumbuhan tinggi setiap tahunnya.
Desain interior, misalnya, memiliki pertumbuhan 6,1 persen, Desain Produk mencetak angka 8,1 persen, sedangkan Desain Komunikasi Visual berada pada angka 5,9 persen.
“Angka-angka tersebut melebihi pertumbuhan ekonomi kreatif nasional sendiri yang sebesar 5,06 persen pada tahun 2017,” kata Wawan saat peluncuran buku “Proyek Desain: Dasar Pengadaan & Pengelolaan Jasa Desain di Indonesia” di Tangerang Selatan, Jumat (13 November 2020).
Buku proyek desain merupakan buku pertama dari tiga seri buku yang tengah disusun dan akan diterbitkan oleh Kemenparekraf/Baparekraf. Dua buku berikutnya yaitu Standar Harga Jasa Desain dan Standar Remunerasi Desainer rencananya dirilis tahun depan.
Secara keseluruhan buku ini berisi sembilan bab pembahasan. Tiga diantaranya merupakan bahasan utama yakni, tentang pemahaman desain, proyek desain, dan asosiasi desain di Indonesia.
Buku proyek desain juga membahas. jenis pengadaan proyek desain, mengenal pekerjaan, membuat pembiayaan, hingga memilih desainer yang tepat, hingga pembahasan tentang aspek hukum dan etika profesi desain di Indonesia.
“Buku (Proyek Desain I) disusun hampir dua tahun. Diharapkan buku ini dapat memberi manfaat yang besar bagi regenerasi desainer dan industri desain Indonesia, serta tentunya menginspirasi desainer muda untuk terus berkarya,” ujar Wawan.
Enam asosiasi dilibatkan dalam penulisan dan pengayaan konten buku yakni Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI); Asosiasi Profesional Desain Komunikasi Visual Indonesia (AIDIA); Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (APDII); Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII); Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI); dan Indonesia Fashion Chamber (IFC).
Anggota Dewan ADPII, Damang Sarumpaet, mengatakan buku Proyek Desain akan menjadi pedoman, landasan, dan acuan mengenai kegiatan desain di Tanah Air.
“Supaya kami memiliki jalur yang tepat untuk memperjuangkan profesi masing-masing,” ujar Damang.
Menurut dia, menghargai desain bukan hanya output-nya saja, tetapi ada proses yang harus dijalani sehingga memiliki value dan diterima, baik itu oleh klien ataupun audiensnya.
“Diharapkan dapat memberikan apresiasi yang tinggi kepada desainer dan karyanya serta menjalin komunikasi yang baik dan erat antara desainer dan klien,” jelas Damang.