Cobisnis.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah. Diantaranya melalui sosialisasi dan edukasi keuangan syariah secara intensif ke berbagai kelompok masyarakat.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kristrianti Puji Rahayu, mengatakan sepanjang tahun ini OJK telah melakukan 465 kegiatan edukasi dan sosialisasi keuangan syariah.
Secara keseluruhan, kata dia, terdapat total 4.727 rencana kegiatan edukasi keuangan syariah tahun ini yang akan diikuti setidaknya dari 2.602 pelaku usaha jasa keuangan. Hal ini diungkapkan Kristrianti dalam Webinar Diskusi Mikro Forum Syariah – Cobisnis 2020 bertajuk “Peran Perbankan Syariah Mengerek Inklusi Keuangan Di Tengah Pandemi”, Jumat (9 Oktober 2020).
“Di masa pandemi ini kita tetap melakukan kegiatan edukasi dengan menyelenggarakan webinar, seperti edukasi keuangan syariah di kampus-kampus dan pesantren, karyawan, dan profesional, serta pelaku UMKM,” ujar Puji saat memaparkan materi Webinar.
Ia menjelaskan, indeks literasi keuangan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Data OJK di tahun 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan nasional mencapai 38.0% dari sebelumnya 29.7 % di tahun 2016.
Sementara indeks inklusi keuangan nasional juga menunjukkan kenaikan yang signifikan, dari 67,8% di tahun 2016, naik mencapai 76,2% di tahun 2019.
Namun demikian, kenaikan indeks literasi keuangan di sektor syariah masih di bawah nasional. Indeks literasi keuangan syariah yang sebelumnya 8,1 % di tahun 2016, menjadi 8,93% di tahun 2019.
“Peran perbankan syariah sangat penting dalam upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia mengingat kendala yang dihadapi sangat beragam baik secara demografis maupun geografis,” ujarnya.
Menurut Puji, Indonesia berada di urutan 5 pada Global Islamic Economic Indicator Score, dan posisi ke 4 Islamic Finance Development Report 2019, sementara Global Islamic Report 2019 menyatakan Indonesia menempati posisi pertama pada Islamic Finance Country Index.
“Di dalam negeri sendiri, per Juli 2020 total aset keuangan syariah Indonesia mencapai Rp1.639,08 triliun. Sementara market share keuangan syariah saat ini mencapai 9.68%,” jelasnya.
Pusat Halal Dunia
Presiden Direktur BCA Syariah, John Kosasih, mengungkapkan betapa besarnya potensi perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan Global Islamic Report, Indonesia adalah pasar produk halal terbesar di dunia, sekitar 10 persen dari total pasar produk halal dunia.
“Total halal market dunia tahun 2018 sekitar USD 2,2 triliun atau senilai dengan Rp33 ribu triliun. Bahkan hingga tahun 2024 pasar produk halal dunia diperkirakan akan tumbuh dari USD 2,2 triliun menjadi USD 3,2 triliun, dan pasar produk halal Indonesia diproyeksikan tumbuh signifikan menjadi USD 320 juta atau setara Rp4.800 triliun,” ungkap John Kosasih.
Selain itu, kata dia, Indonesia memiliki operator syariah terbesar di dunia mencapai sekitar 5700 institusi yang terdiri dari 34 bank syariah, 58 asuransi syariah, 7 modal ventura syariah, 163 BPRS, serta 4500-5500 koperasi syariah.
Dari data tersebut, John Kosasih mengatakan dirinya mampu membuktikan betapa besarnya potensi perbankan syariah di Indonesia. Namun tantangan yang dihadapi industri keuangan syariah di Indonesia tak kalah besar, yakni masih minimnya literasi dan inklusi keuangan syariah.
“Menjadi tugas bersama untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan Syariah, karena berdasarkan survey OJK 2016, tingkat literasi dan inklusi keuangan Syariah hanya 8% dan hanya 11% yang menggunakan produk Syariah. Bahkan di data 2019, literasi keuangan syariah hanya naik menjadi 8,9 % sementara tingkat inklusi malah turun dari 11% menjadi 9%,” jelasnya.