JAKARTA, Cobisnis.com – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menyatakan, data menjadi kebutuhan dalam menyusun kebijakan. Data harus diolah untuk dapat menghasilkan keputusan yang benar.
“Data itu tidak bisa ngomong sendiri. Mau punya data sebesar apapun, data itu tidak bisa ngomong sendiri. Data itu baru bisa ngomong kalo ada yang nanya,” ungkap Wamenkeu pada Webinar Data Exchange dan Data Analytics yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Umum, Selasa (31/08) secara daring.
Artinya, Wamenkeu dalam hal ini menegaskan perlunya pengelolaan dan pengolahan data secara benar agar data itu bisa digunakan sebagai bagian dari pengambilan keputusan.
Dalam webinar tersebut, Wamenkeu juga menyebut istilah garbage in garbage out dalam memproses data. Artinya kalau input pertanyaan terhadap data yang ada salah maka output yang diperoleh juga akan salah. Untuk itu, diperlukan kemampuan untuk menganalisis data.
“Data analytics adalah cara. Data analytics bukan tujuan. Tujuan kita adalah menghasilkan kebijakan. Tapi kebijakan yang dibangun atas data. Tujuan yang kita dapatkan karena kita bertanya yang benar. Tujuan kita adalah decision making. Tapi decision making bukan karena insting, decision making bukan karena perasaan, decision making bukan karena perkataan orang terus kita bikin kebijakan. Tapi, decision making karena knowledge, karena riset yang berbasiskan data driven. Knowledge yang berbasiskan data driven,” tandas Wamenkeu.
Wamenkeu menyatakan, dalam satu pertanyaan tidak mungkin hanya akan dijawab oleh satu data. Kebutuhan data inter related. Sebagai contoh, Wamenkeu menyebut di Kementerian Keuangan dalam program sinergi penerimaan, data antara Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Direktorat Jenderal Anggaran harus dianalisis bersama.
“Saya inginkan data analytics itu menciptakan sinergi. Sinergi data, sinergi pemahaman, sinergi pertanyaan itu tadi,” pungkas Wamenkeu.