JAKARTA, COBISNIS.COM – Utang luar negeri (ULN) Indonesia ke China mengalami peningkatan signifikan dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) edisi Juli 2024, pada tahun pertama Presiden Joko Widodo menjabat, ULN dari China mencapai US$ 7,86 miliar, meningkat 27,8% dari tahun 2013 yang sebesar US$ 6,15 miliar.
Secara keseluruhan, sejak 2013, ULN Indonesia ke China naik 271,71% menjadi US$ 22,86 miliar pada Mei 2024.
Posisi utang luar negeri Indonesia dari China berada di urutan keempat setelah Singapura, Amerika Serikat (AS), dan Jepang. ULN dari Singapura tercatat sebesar US$ 54,85 miliar, naik 9,15% dibandingkan tahun 2013.
Sementara itu, ULN dari AS mencapai US$ 27,6 miliar, naik 173,27% dari 2013. ULN dari Jepang tercatat US$ 21,8 miliar, turun 33,54% dari 2013. Sementara ULN dari Hong Kong naik drastis sebesar 302,1% menjadi US$ 19,38 miliar.
Utang luar negeri pemerintah Indonesia juga meningkat, mencapai US$ 191,0 miliar pada Mei 2024, naik 67,12% dari 2013.
Dari jumlah ini, ULN pemerintah ke China mencapai US$ 1,34 miliar, meningkat 31,2% dari tahun 2013. ULN pemerintah ke China berada di urutan kelima setelah Jepang, Prancis, Jerman, dan negara-negara Amerika lainnya.
Secara keseluruhan, ULN Indonesia pada Mei 2024 mencapai US$ 407,3 miliar, meningkat 53,06% dari 2013.
Beberapa proyek besar di Indonesia dibiayai oleh utang dari China, seperti pembangunan tol Medan-Kualanamu dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Proyek KCJB mengalami pembengkakan biaya sebesar US$ 1,2 miliar yang ditanggung oleh konsorsium Indonesia dan China.
Pemerintah Indonesia juga berencana memperpanjang proyek kereta cepat dari Jakarta ke Surabaya, yang juga akan didanai oleh utang dari China.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi, menyampaikan bahwa proyek ini masih dalam tahap studi pra-kelayakan dan belum menentukan apakah akan menggandeng pihak China atau Jepang.









