JAKARTA , Cobisnis.com – Usaha kecil menengah (UKM) di sektor kontraktor menghadapi tantangan besar dalam memperoleh pendanaan untuk pembangunan proyek tender. Keterbatasan modal sering kali menjadi penghalang utama bagi UKM kontraktor untuk bersaing dan berkembang. Namun, fintech securities crowdfunding kini muncul sebagai solusi inovatif yang dapat membantu UKM mengatasi kendala tersebut.
Ketua Umum Gapensi, Iskandar Z Hartawi, lepas menghadiri kegiatan kuliah umum dan diskusi ilmiah yang diadakan dalam rangka ulang tahun Digital Financial Center Vokasi UI di Depok, mengungkapkan pentingnya pendanaan bagi UKM kontraktor. “Fintech securities crowdfunding membuka peluang baru bagi UKM kontraktor untuk mendapatkan pendanaan yang lebih fleksibel, mudah dan cepat. Kami berharap lebih banyak UKM kontraktor dapat memanfaatkan peluang ini untuk berkembang dan bersaing secara nasional,” ujarnya.
Fintech securities crowdfunding atau layanan urun dana (LUD) memungkinkan masyarakat berinvestasi dalam proyek atau perusahaan dengan imbal hasil tertentu. Ini menjadi solusi ideal bagi UKM kontraktor yang membutuhkan dana untuk melaksanakan proyek-proyek besar. Dengan menjadi penerbit (emiten), UKM kontraktor dapat menawarkan saham atau obligasi kepada publik, memanfaatkan fiducia atas proyek sebagai jaminan pembayaran obligasi atau sukuk, yang membuat investasi ini relatif rendah risiko.
Potensi pertumbuhan sektor UKM kontraktor di Indonesia sangat besar, terutama dengan banyaknya proyek infrastruktur yang sedang dan akan berjalan. Dengan dukungan fintech securities crowdfunding, UKM kontraktor dapat mengatasi hambatan pendanaan dan memanfaatkan potensi pasar yang luas.
Selain menguntungkan UKM kontraktor, fintech securities crowdfunding juga memberi kesempatan bagi masyarakat sebagai pemodal untuk berinvestasi pada penerbit-penerbit usaha kontraktor yang potensial. Proyek konstruksi yang didukung oleh fiducia memberikan jaminan pembayaran yang lebih aman, sehingga menarik minat investor yang mencari peluang investasi dengan risiko rendah terlebih karena fintech LUD diawasi juga oleh OJK.
Pada kesempatan yang sama, pakar penjaminan kredit Diding S. Anwar menyoroti peran pelaku keuangan lain yang tidak kalah penting yaitu lembaga penjaminan. Perusahaan penjaminan kredit perlu hadir memberi penguatan terhadap fintech LUD agar bisa lebih membangun kepercayaan pemodal terhadap penerbit. “Peluang sinergi perusahaan penjaminan dengan fintech LUD perlu dikaji aspek regulasinya dan tentu akan didukung oleh otoritas keuangan” imbuh Diding.
Diding menambahkan, para Kontraktor di Sektor Jasa Konstruksi selain perlu penjaminan modal kerja dan investasi juga perlu memanfaatkan atau dukungan dari 3 (tiga) produk instrumen keuangan, yang pertama adalah Surety Bond / Bonding, seperti ; Bid Bond / Jaminan Tender, Jaminan Uang Muka, Jaminan Pemeliharaan dan Penjaminan lainnya.
Yang kedua adalah program Kredit Usaha Rakyat atau dikenal dengan KUR, ”Khusus Program Pemerintah berupa fasilitas KUR (Kredit Usaha Rakyat) sektor Konstruksi masih sangat kecil yang memanfaatkan dibanding sektor lainnya, perlu kajian mendalam apa handicap nya serta perlu harmonisasi regulasi”, jelas mantan Direktur Utama Jasa Raharja dan Jamkrindo ini.
Pemerintah menargetkan KUR ditahun 2024 sebesar 300 triliun rupiah, dan pada kenyataanya Sektor Konstruksi paling sedikit yang memanfaatkan KUR. 5 Sektor Penerima KUR terbesar dalam beberapa tahun terakhir adalah : Perdagangan, Pertanian, Industri Pengolahan, Jasa Masyarakat Sosial dan Akomodasi – Makan – Minum.
Terakhir mengoptimalkan peran Perbankan dalam rangka mendukung pembangunan nasional dan daerah, maka volume Pembiayaan Kredit Kontruksi agar ditingkatkan mengacu pada Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah, tegas Diding.
Ketua Digital Financial Center (DFC) Dede Suryanto, dalam sesi acara diskusi ilmiah dengan penerbit fintech Danamart dan pemodal Urun RI mengatakan bahwa fintech securities crowdfunding sebagai model bisnis pendanaan berbasis platform yang relatif baru di Indonesia perlu didukung oleh semua pihak termasuk kampus. Terlebih peran fintech crowdfunding punya andil besar terhadap pengembangan UMKM Indonesia. “Ya butuh literasi, edukasi dan sinergi bersama lah dengan kampus dan perlu didukung juga oleh sektor industri keuangan lainnya agar ekosistem fintech LUD makin kuat dan berkembang dan harapannya UMKM kita akan makin kompetitif” jelas Dede, akademisi sekaligus pakar keuangan investasi tersebut.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan regulasi yang semakin mendukung, diharapkan fintech securities crowdfunding dapat menjadi pilar utama dalam ekosistem pendanaan bagi UKM kontraktor di Indonesia. Dengan demikian, UKM kontraktor dapat terus berinovasi, meningkatkan kualitas proyek, dan memberikan kontribusi signifikan pada pembangunan nasional.