JAKARTA, Cobisnis.com – Startup grocery social commerce, Segari, mengumumkan pendanaan Seri A sebesar US$16 juta atau setara Rp227,6 miliar.
Dalam waktu kurang dari 12 bulan sejak mulai beroperasi, startup ini telah menjadi pilihan warga Jakarta dan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan produk segar. Buktinya, perusahaan berhasil meningkatkan jumlah pengguna, pesanan, dan pendapatannya lebih dari 20 kali lipat.
Pendanaan Seri A ini dipimpin Go-Ventures dengan partisipasi dari Susquehanna International Group (SIG) dan berbagai investor strategis seperti Alfamart, Gunung Sewu Group (salah satu grup perusahaan pertanian dan pangan terbesar di Indonesia), dan Intrinity Capital yang berafiliasi dengan Gulaku.
BEENEXT, AC Ventures dan Saison Capital, yang merupakan para investor Segari sejak tahap awal (seed) juga ikut terlibat dalam putaran pendanaan ini.
Startup yang didirikan pada 2020 ini berkomitmen menyederhanakan rantai distribusi di Indonesia yang kompleks dengan memanfaatkan teknologi dan memberdayakan komunitas sebagai mitra dalam penjualan dan distribusi yang lebih efisien.
Guna mengakses berbagai produk Segari, mulai dari buah-buahan, sayur-sayuran, daging, hingga makanan pokok, pelanggan dapat melakukan pemesanan langsung melalui situs web atau aplikasi Segari. Hanya dalam waktu 15 jam saja produk makanan segar akan sampai ke tangan konsumen dari petani.
Sebagian besar sumber produk segar Segari didapatkan langsung dari para mitra petani di Jawa dan Sumatera. Melalui desentralisasi gudang dan jaringan mitra penjualan, Segari memiliki waktu pengiriman yang lebih cepat, kualitas produk yang lebih baik, dan biaya yang lebih rendah yang bisa dinikmati pelanggan.
Aditya Kamath, Partner, Go-Ventures mengatakan, “Pandemi COVID-19 saat ini telah menjadi katalis bagi pertumbuhan pasar online (e-grocery) di Indonesia. Semakin banyak konsumen yang beralih ke pembelian online, terutama belanja kebutuhan sehari-hari mereka. Selama setahun terakhir, Yosua, Farand, dan Farandy telah menunjukkan eksekusi yang luar biasa, Segari tumbuh dengan sangat cepat dan tetap mempertahankan unit ekonomi terbaik pada sektor ini. Mereka adalah tim yang tepat untuk menyelesaikan salah satu masalah paling mendesak di Indonesia, yaitu rantai distribusi pertanian yang kompleks”.
Sementara Adrian Li, Managing Partner AC Ventures, menjelaskan, “Segari telah menunjukkan eksekusi yang terbaik dalam mewujudkan visi mereka dan menciptakan nilai serta kenyamanan bagi konsumen di Indonesia. Selain itu, model social commerce Segari memiliki keunggulan kompetitif yang kuat, karena platform ini dapat menjangkau konsumen dengan biaya akuisisi dan logistik yang lebih rendah, menciptakan unit ekonomi yang lebih menguntungkan. ACV bangga menjadi bagian dari perjalanan Segari sejak awal dan bersemangat untuk menyaksikan Segari merevolusi industri pasar online (e-grocery) kedepannya”.
Segari fokus memperkuat rantai distribusi, dari petani ke konsumen
Segari akan menggunakan pendanaan terbaru untuk memperkuat infrastruktur, memastikan proses lebih efisien dari petani ke konsumen. Supaya, Segari dapat tumbuh lebih besar dan mampu memberikan dampak sosial yang positif bagi para petani lokal. Untuk melakukannya, Segari berencana memperkuat dan menambah tim di berbagai bidang, termasuk operasional, teknologi, dan marketing.
CEO Segari, Yosua Setiawan mengatakan, “Rantai distribusi pertanian adalah salah satu masalah paling kompleks di Indonesia. Masih terdapat banyak lapisan dari petani hingga produk pertanian sampai ke tangan konsumen. Kami berharap dapat memberikan dampak positif dimana konsumen bisa menerima bahan makanan berkualitas dengan lebih cepat dan biaya yang lebih murah. Di sisi petani, kami juga membantu mereka untuk menerima harga yang adil dari produk yang mereka jual.”
Sebelumnya, Yosua Setiawan bekerja di Boston Consulting Group dan Traveloka. Dia didukung Chief Operating Officer, Farand Anugerah, yang pernah bersekolah dari Harvard Business School dan memiliki pengalaman di Grab. Selain itu, Farandy Ramadhana sebagai Chief Technology Officer, ia pernah bekerja sebagai software engineer di Amazon, Google, dan Moka.