JAKARTA, Cobisnis.com – Penyanyi dan penulis lagu pemenang Grammy, Sabrina Carpenter, mengecam Gedung Putih setelah lagunya yang berjudul “Juno” digunakan dalam sebuah video yang menampilkan penangkapan individu dalam operasi imigrasi. Carpenter menyebut video tersebut sebagai tindakan yang “evil and disgusting” atau “jahat dan menjijikkan”.
Dalam unggahan di X, ia menegaskan, “Do not ever involve me or my music to benefit your inhumane agenda.” Pihak PR Carpenter menolak memberikan komentar tambahan.
Di atas panggung, Carpenter sering melakukan aksi “penangkapan” versi humor saat membawakan “Juno”, menggunakan borgol berbulu merah muda kepada selebritas yang hadir. Namun penggunaannya oleh Gedung Putih dinilai sangat berbeda dan tidak pantas.
Menanggapi kritik itu, Gedung Putih justru menggandakan pernyataan dengan mengutip lirik Carpenter. Juru bicara Abigail Jackson mengatakan bahwa mereka tidak akan meminta maaf karena mendeportasi “penjahat berbahaya”, dan menyebut siapa pun yang membela para pelaku kriminal tersebut sebagai “stupid atau slow”.
Video yang menggunakan lagu “Juno” tetap tayang di X dan TikTok hingga Selasa sore waktu setempat.
Ini bukan pertama kalinya pemerintahan Trump menggunakan lagu milik artis tanpa izin. Sebelumnya, lagu Olivia Rodrigo “All-American Bitch” juga pernah dipakai dalam video Departemen Keamanan Dalam Negeri, dan audio lagunya dinonaktifkan di Instagram. Rodrigo mengecam keras penggunaan tersebut dan menyebutnya sebagai penyebaran “propaganda rasis yang penuh kebencian”.
Gedung Putih juga pernah menggunakan audio dari Usher “Hey Daddy (Daddy’s Home)” serta lagu Taylor Swift “The Fate of Ophelia” dalam konten mereka. Banyak musisi lain seperti Celine Dion, Foo Fighters, Bruce Springsteen, dan Beyoncé juga pernah menolak lagu mereka dipakai oleh Trump.












