JAKARTA, Cobisnis.com – Nilai tukar rupiah kembali tertekan pada penutupan perdagangan Jumat (29/8/2025). Rupiah spot ditutup melemah 0,89% ke level Rp16.500 per dolar Amerika Serikat (AS), dibandingkan sehari sebelumnya di posisi Rp16.353 per dolar AS.
Dalam sepekan terakhir, rupiah tercatat sudah melemah 0,90% dibandingkan penutupan pekan lalu di Rp16.351 per dolar AS. Pelemahan ini sekaligus menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan kinerja terburuk di Asia pada akhir pekan ini.
Secara regional, mayoritas mata uang Asia juga terkoreksi terhadap dolar AS. Won Korea melemah 0,44%, rupee India terkoreksi 0,38%, baht Thailand turun 0,23%, ringgit Malaysia turun 0,20%, dolar Singapura turun 0,10%, dolar Taiwan melemah 0,06%, peso Filipina turun 0,05%, dan yen Jepang terkoreksi tipis 0,02%.
Sementara itu, hanya yuan China dan dolar Hong Kong yang berhasil menguat, masing-masing naik tipis 0,008% dan 0,01% terhadap dolar AS. Kondisi ini menunjukkan dominasi dolar AS yang masih kuat di pasar global.
Indeks dolar, yang mencerminkan pergerakan mata uang AS terhadap enam mata uang utama dunia, juga tercatat naik menjadi 97,95 dari posisi sebelumnya di 97,81. Penguatan dolar AS ini menambah tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Pelemahan rupiah dipicu oleh sentimen eksternal yang masih didominasi ketidakpastian arah kebijakan moneter Amerika Serikat dan tingginya imbal hasil obligasi AS. Kondisi ini membuat investor cenderung beralih ke aset dolar AS yang dianggap lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Pasar kini menantikan langkah Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan yang semakin besar. Pelemahan nilai tukar yang berlarut dikhawatirkan berdampak pada inflasi impor, biaya energi, serta kinerja sektor riil yang masih dalam tahap pemulihan.














