JAKARTA, Cobisnis.com – Bank Indonesia (BI) menegaskan pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang 2025 masih berada dalam kendali otoritas moneter. Meskipun rupiah tercatat melemah sekitar 3 persen sejak awal tahun dan masuk dalam jajaran mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, BI menilai stabilitas fundamental tetap terjaga.
Pernyataan tersebut disampaikan seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terkait tekanan eksternal yang membuat rupiah sulit menguat terhadap dolar AS. The Federal Reserve masih mempertahankan suku bunga tinggi, yang memicu arus modal keluar dari negara berkembang dan memperkuat posisi dolar di pasar global.
BI memastikan langkah intervensi akan terus dilakukan jika diperlukan, baik melalui penjualan cadangan devisa maupun operasi moneter lainnya. Instrumen ini disebut mampu menjaga fluktuasi rupiah agar tetap terkendali dan tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional.
Sejak awal 2025, rupiah telah turun sekitar 3 persen terhadap dolar AS. Meski terlihat signifikan, angka ini masih lebih baik dibandingkan beberapa mata uang lain yang mengalami pelemahan lebih dalam akibat gejolak global. BI menekankan bahwa pelemahan rupiah masih sejalan dengan tren pasar internasional.
Dari sisi perdagangan, pelemahan rupiah sebenarnya memberikan peluang ekspor yang lebih kompetitif. Harga produk Indonesia menjadi relatif lebih murah di pasar global sehingga mampu meningkatkan daya saing, terutama bagi komoditas unggulan seperti batubara, CPO, dan nikel.
Namun, dampak negatif juga tidak bisa dihindari. Pelemahan rupiah membuat harga barang impor lebih mahal, mulai dari bahan baku industri hingga barang konsumsi rumah tangga. Jika berlanjut, hal ini berpotensi meningkatkan tekanan inflasi dalam negeri dan menekan daya beli masyarakat.
BI menegaskan terus memantau perkembangan global, termasuk arah kebijakan The Fed dan dinamika harga komoditas. Stabilitas nilai tukar rupiah menjadi prioritas utama untuk menjaga kepercayaan investor dan memastikan kelancaran aktivitas perdagangan serta investasi.
Selain intervensi valas, BI juga mengandalkan bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas. Dukungan terhadap likuiditas perbankan dan penguatan instrumen lindung nilai bagi pelaku usaha menjadi bagian dari strategi mempertahankan ketahanan ekonomi nasional.
Analis menilai, sikap BI yang menekankan kendali atas rupiah memberi sinyal positif bagi pasar. Investor global masih melihat Indonesia sebagai salah satu pasar dengan fundamental kuat di tengah ketidakpastian global, meskipun nilai tukar sempat melemah.
Dengan pelemahan rupiah sekitar 3 persen sepanjang tahun, BI ingin menunjukkan bahwa stabilitas tetap terjaga dan risiko pelemahan ekstrem bisa dihindari. Fokus ke depan adalah memastikan nilai tukar bergerak sesuai fundamental ekonomi, tanpa menimbulkan guncangan signifikan terhadap inflasi maupun pertumbuhan.














