JAKARTA, Cobisnis.com – PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero terus berupaya berkontribusi dalam pembenahan industri gula nasional. Salah satunya adalah upaya optimalisasi aset lahan-lahan kebun tebu.
Melihat potensi optimalisasi aset untuk perluasan lahan, Direktur Manajemen Aset PT RNI (Persero), Endang Suraningsih bersama Kemenko Perekonomian dan jajaran Komisaris dan Direksi PT Madu Baru lakukan survey meninjau Pabrik Gula (PG) Madukismo RNI Group yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta.
Kepala Bidang Pengembangan tanaman perkebunan lainnya, Kemenko Perekonomian Darto Wahab mengatakan bahwa Perkiraan produksi gula nasional dari dalam negeri berbasis tebu tahun 2021 diestimasikan 2,1 juta ton, oleh karenanya diperlukan upaya-upaya pembenahan sektor gula secara Sustainability/berkelanjutan melibatkan para petani tebu.
Darto menyebutkan, sejumlah pembenahan industri gula tentu tidak luput dari tantangan-tantangan seperti salah satunya adalah pembangunan perkebunan tebu.
“Saat ini perkebunan di Indonesia terbatas sehingga diperlukan perluasan lahan kebun tebu”jelasnya. Perluasan lahan itu, lanjut Darto, perlu diimbangi dengan bibit, pupuk, air dan infrastruktur yang memadai.
Berdasarkan data, Darto mengakui periode 2016 – 2020 sejalan dengan pertumbuhan areal, produksi gula cenderung menurun dengan rata-rata 0,79%/tahun.
Oleh karenanya Ia mendukung BUMN yang beroperasi dibidang sektor gula, perkebunan dan sektor terkait lainnya untuk bersama-sama melakukan pembenahan industri gula nasional dengan merangkul stakeholders, salah satu prioritasnya para petani tebu.
Sementara itu, berdasarkan luas areal perkebunan tebu Indonesia, diakui Luas areal perkebunan rakyat tebu Tahun 2014–2018 cenderung mengalami penurunan, kecuali pada Tahun 2017-2018 menunjukkan adanya kenaikan sebesar 10.839 hektare atau sekitar 4,37% persen.
Pada tahun 2018, luas tertanam tebu tercatat seluas 429.569 hektare atau turun sekitar 0,09% dari tahun 2017. Tahun 2020 hingga 2021 ini luas areal perkebunan rakyat Tebu diperkirakan kembali naik dari angka sementara tahun 2019 sekitar 0,75% karena mulai dikembangkannya tebu di Pulau Nusa Tenggara dan Sulawesi sebagai imbas dari pembangunan perkebunan besar swasta.
Direktur Manajemen Aset PT RNI, Endang Suraningsih menambahkan, Pabrik Gula Madukismo kepemilikan saham Sri Sultan Hamengku Buwono X 65% dan saham RNI 35% ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi gula, oleh sebab itu diperlukan optimalisasi Aset melalui rencana perluasan lahan kebun tebu di area sekitar.
“Saat ini sedang diupayakan optimalisasi aset lahan kolaborasi dengan petani tebu lokal maupun Sinergi BUMN sektor terkait, melalui pola-pola kerjasama yang saling mendukung antara Pemerintah, industri gula, petani maupun penggarap kawasan hutan,” urai Endang.
Di samping hal tersebut di atas, RNI saat ini juga sedang mengupayakan perluasan lahan perkebunan tebu bekerjasama dengan BUMN lainnya sektor terkait di beberapa wilayah-wilayah kerjanya seluas 20,000 ha yang juga sedang dalam tahap survei kesesuaian peruntukannya menjadi perkebunan tebu.
Sebelumnya secara terpisah Direktur Utama PT RNI Arief Prasetyo Adi bersama Dirut PTPN III dan Dirut Perhutani menargetkan menanam tambahan tebu di 80 ribu hektare secara nasional sampai dengan akhir 2024.
RNI yang saat ini memiliki 5 pabrik gula di Pulau Jawa juga mempersiapkan baik on farm maupun off farm juga secara simultan.