JAKARTA, Cobisnis.com – PT Rekayasa Industri (Rekind) dinilai memiliki potensi besar untuk memperluas kiprah bisnis berkelanjutan melalui penerapan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS).
Hal ini disampaikan oleh Triharyo Indrawan Soesilo, Staf Ahli Kementerian ESDM 2019–2024 sekaligus Project Development Specialist for CCS Projects, dalam Keynote Speech pada kegiatan Pelatihan dan Focus Group Discussion bertema “Pengenalan Komprehensif CCS/CCUS untuk Rekind Group” di Jakarta, baru-baru ini.
Kegiatan hasil kolaborasi antara Center of Excellence on CCS and CCUS Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rekind ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat pemahaman sumber daya manusia Rekind terhadap teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon yang kini menjadi fokus global dalam menekan emisi.
“Teknologi CCS/CCUS bukan hanya solusi untuk menekan emisi, tetapi juga peluang ekonomi baru lewat mekanisme carbon trading. Ini sejalan dengan komitmen Indonesia mencapai Net Zero Emission 2060. Rekind bisa menjadi salah satu pemain utama di bidang ini,” ujar Triharyo yang akrab disapa Hengky.
Menurutnya, dunia industri kini mengalami transformasi besar. Model bisnis EPC konvensional mulai menghadapi kejenuhan, sementara isu keberlanjutan dan regulasi lingkungan kian mendesak perubahan. “Industri harus menciptakan nilai baru dengan berinovasi, dan CCS/CCUS bisa jadi langkah penting ke arah itu,” tambahnya.
Ia juga menyinggung kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) Uni Eropa yang akan berlaku penuh pada 2026. Produk beremisi tinggi seperti baja, pupuk, dan petrokimia akan dikenakan biaya tambahan karbon. “Agar tetap kompetitif, industri Indonesia perlu mengelola emisinya dengan baik. Dengan pengalaman panjang di CO₂ removal, amonia, petrokimia, dan utilitas gas, Rekind memiliki modal kuat untuk mengambil peran di teknologi CCS/CCUS,” katanya.
Direktur Operasi dan Teknologi/Pengembangan Rekind, Yusairi, menyebut bahwa keberlanjutan adalah arah masa depan yang wajib dijalankan. “Penerapan CCS/CCUS tidak sesederhana membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan kesiapan dari sisi teknologi, pembiayaan, hingga kebijakan yang mendukung,” ujarnya.
Ia menambahkan, forum seperti ini penting untuk memperkuat kerja sama antara industri, pemerintah, akademisi, dan masyarakat. “Harapannya, dari forum ini muncul rekomendasi konkret yang bisa diterapkan dalam strategi korporasi maupun kebijakan nasional,” tuturnya.
Sebagai perusahaan EPC nasional yang telah berpengalaman lebih dari 40 tahun, Rekind terus memperkuat kompetensi para engineer dan profesionalnya serta mengintegrasikan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam seluruh lini bisnis.
Rekind telah berkontribusi besar pada pembangunan industri energi, kimia, dan pupuk di Indonesia. Keahlian dalam berbagai sektor—mulai dari refinery, petrokimia, mineral, fertilizer, pengolahan gas (termasuk CO₂ removal), hingga pembangkit listrik konvensional dan geothermal—menjadikan Rekind sebagai mitra strategis dalam berbagai proyek nasional.














