JAKARTA, Cobisnis.com – Jahe sejak lama dikenal sebagai rempah serbaguna yang tidak hanya memperkaya rasa masakan, tetapi juga menyimpan segudang manfaat kesehatan. Popularitasnya semakin meningkat seiring tren gaya hidup sehat dan meningkatnya konsumsi produk herbal di pasar global.
Salah satu manfaat utama jahe adalah kemampuannya meredakan mual dan muntah, mulai dari mabuk perjalanan, morning sickness pada ibu hamil, hingga efek samping kemoterapi. Jahe juga memiliki efek menghangatkan tubuh karena dapat meningkatkan sirkulasi darah, sehingga sering dijadikan minuman penghangat saat musim hujan.
Kandungan aktif gingerol pada jahe menjadikannya anti-inflamasi alami. Senyawa ini membantu mengurangi peradangan dan nyeri sendi, sehingga banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional maupun suplemen herbal modern.
Dalam konteks pencernaan, jahe berperan penting mengurangi perut kembung, begah, serta gangguan pencernaan ringan. Konsumsi rutin dalam jumlah wajar dapat membuat sistem pencernaan lebih sehat dan nyaman.
Selain itu, jahe kaya akan antioksidan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini membuatnya semakin relevan di tengah masyarakat yang semakin sadar pentingnya imunitas pascapandemi.
Manfaat lain yang semakin mendapat sorotan akademisi adalah potensi jahe menurunkan kadar gula darah. Beberapa penelitian menunjukkan, konsumsi jahe dapat membantu mengontrol gula darah, sehingga menarik perhatian kalangan penderita diabetes.
Untuk kesehatan jantung, jahe juga berpotensi menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL). Efek ini memberi dampak positif pada sistem kardiovaskular, yang kini menjadi salah satu isu kesehatan global dengan angka penderita penyakit jantung terus meningkat.
Atlet maupun masyarakat umum juga memanfaatkan jahe untuk meredakan nyeri otot setelah aktivitas fisik. Fungsinya sebagai pereda nyeri alami membuat jahe digemari di kalangan pecinta olahraga.
Namun, konsumsi berlebihan tetap perlu diwaspadai. Efek samping seperti mulas, diare, atau iritasi mulut bisa terjadi jika asupan jahe tidak terkendali. Oleh karena itu, para pakar gizi menyarankan konsumsi jahe dalam porsi wajar sebagai bagian dari pola hidup sehat.
Melihat tren pasar, produk berbahan jahe seperti teh jahe, permen jahe, hingga suplemen herbal menunjukkan pertumbuhan permintaan yang stabil. Hal ini membuka peluang bagi pelaku industri makanan dan minuman untuk terus berinovasi dengan bahan alami yang satu ini.













