Cobisnis.com – Yayasan Bulir Padi (Bulir Padi) menjalin kemitraan dengan Yayasan Matahati Kita Indonesia (Matahati) untuk meluncurkan program pendidikan pra-koding bagi anak binaan Bulir Padi. Tujuannya, membantu mereka memahami teknologi yang ada di kehidupannya.
Program ini difasilitasi pakar programmer dari Matahati untuk anak binaan Bulir Padi di Palmerah, Jakarta Barat dan Bidaracina-Otista, Jakarta Timur, selama tiga bulan ke depan.
Melalui program ini, anak bina diharapkan akan dapat memiliki media untuk menyalurkan kreativitas, membentuk cara pola berpikir terstruktur dan teliti, serta mengembangkan kebiasaan untuk belajar tidak mudah menyerah.
United Nations International Telecommunications Union (ITU) Digital Inclusion Report yang terkini mengungkapkan, meningkatnya tingkat pengangguran kaum muda di dunia ini membuat mereka susah untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji layak.
Oleh karena itu, selama beberapa tahun ke belakang ada perkembangan tren Coding Bootcamps di berbagai negara berkembang di dunia sebagai salah satu strategi untuk menurunkan angka pengangguran dan memberikan akses kerja bagi kaum muda dan perempuan.
Laporan ini juga mengatakan bahwa literasi digital penting didukung untuk ke depannya karena dapat membuka pintu lebar bagi kaum perempuan terhadap berbagai kesempatan yang dapat memberdayakan mereka secara ekonomi dan sosial.
Ketua Yayasan Bulir Padi Tia Sutresna mengatakan, “Yayasan Bulir Padi sangat bangga dapat bekerjasama dengan Yayasan Matahati Kita Indonesia untuk menjalankan pendidikan pra-koding bagi anak binaan kami yang berasal dari komunitas marjinal.”
“Harapannya program ini dapat membuka kesadaran terhadap manfaat pendidikan koding yang dapat mendukung pembentukan cara berpikir yang terstruktur. Khususnya dalam hal ini adalah memberi perintah ke komputer serta memberikan fondasi dasar untuk bisa menguasai teknologi yang ada di kehidupan mereka sekarang dan yang akan terus maju di masa depan,” urainya.
Ketua Yayasan Matahati Kita Indonesia Tari Sandjojo mengatakan, “Koding akan menjadi ketrampilan wajib untuk generasi muda, selain baca-tulis-hitung. Mempelajari ketrampilan ini tidak berarti generasi muda langsung berhadapan dengan gawai atau layar komputer sejak dini.
“Ketrampilan koding bisa dilatih lewat kebiasaan berpikir runut dan mengelaborasi buah pikiran yang bisa dilatih lewat kegiatan sesederhana storytelling. Selain itu, jangan batasi eksplorasi teknologi oleh generasi muda, tapi justru diberi pembekalan supaya mereka bisa memanfaatkan teknologi secara positif. Salah satunya lewat belajar koding,” jelasnya.
Yayasan Bulir Padi merupakan mitra LSM pertama bagi Matahati untuk menjalankan program pendidikan pra-koding seperti ini.
Melalui pelatihan ini diharapkan dapat teridentifikasi peserta yang memiliki bakat di bidang koding yang kemudian akan dibantu diarahkan untuk mendapatkan kesempatan beasiswa belajar dan bekerja di industri yang menggunakan keahlian koding.
Program Generasi Koding dari Matahati memperkenalkan koding lewat paparan video mengenai masa depan untuk memberikan gambaran mengenai dunia di era teknologi dan kesempatan kerja yang akan muncul.
Diskusi mengenai paparan video kemudian membawa pada kesadaran bahwa koding kemudian menjadi salah satu jalan keluar penting agar generasi muda bisa berkontribusi di dunia masa depan tersebut.
Setelah itu program mulai memasuki tahapan belajar koding yang terdiri dari 6 tahap, yaitu: Object Definition, Sequence, Debugging, Looping, Conditional Statement, Function.
Dalam menjalani masing-masing tahap, siswa akan mendapatkan mentor virtual yang bisa mereka pilih sendiri karakternya.
Program Generasi Koding ini adalah program pengenalan koding, sehingga siswa yang menunjukkan minat serta menjalankan semua tahapannya dengan baik sesuai dengan kriteria dari Matahati.
Nantinya para siswa akan mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pembelajaran koding ke tingkat yang lebih tinggi dengan sekolah koding yang menjadi mitra Matahati.
Kegiatan pelatihan non-formal ini sejalan dengan visi Bulir Padi dalam upaya kami untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM), khususnya dari kalangan komunitas marjinal, yang berkualitas dan tangguh pada era digital ini.