JAKARTA, Cobisnis.com – Delegasi B20 Indonesia dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menggelar roadshow dan kunjungan bilateral ke India dalam rangka sosialisasi dan promosi Presidensi G20-B20. Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat kerjasama bilateral ekonomi, investasi, dan bisnis.
Kunjungan di India ini berlangsung selama tiga hari, yakni 10-12 Oktober 2022, di New Delhi, India, dengan tuan rumah dari Confederation of Indian Industry (CII) dan dihadiri oleh delegasi B20, pemimpin bisnis, serta segenap tokoh terkemuka dalam komunitas bisnis di India.
Bergabung dalam delegasi untuk
forum bisnis ini adalah Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum KADIN Indonesia, Shinta Kamdani selaku Wakil Ketua Umum KADIN Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri, Anindya Bakrie selaku Ketua Dewan Pertimbangan KADIN, dan Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, selaku duta besar Republik Indonesia untuk India.
Sementara itu, dari pihak India, kegiatan ini dihadiri oleh Amitabh Khan selaku Sherpa India untuk G20, Anurag Jain selaku Sekretaris Departemen Promosi Industri & Perdagangan Internal Kementerian Perdagangan & Industri India, R. Dinesh selaku Presiden Designate dari Konfederasi Industri India (CII), dan Prabhat Kumar selaku Sekretaris Kementerian Luar Negeri.
Sejumlah agenda penting kunjungan kali ini di antaranya yakni Dialog Global B20 yang dihadiri para delegasi B20 Indonesia, komunitas bisnis serta representatif pemerintah India, dengan fokus utama mensosialisasikan presidensi B20 Indonesia dan mendorong partisipasi pebisnis India di dalamnya. Pada kegiatan tersebut, delegasi B20 Indonesia juga menyampaikan pemaparan rekomendasi kebijakan dari seluruh Task Force dan Action Council B20 serta program warisan yang diharapkan dapat diteruskan pada presidensi-presidensi selanjutnya, khususnya India selaku pemegang presidensi B20 tahun mendatang.
Dalam roadshow B20 kali ini, diselenggarakan juga forum bisnis yang bertujuan untuk mempertemukan
para investor serta pemimpin bisnis terkemuka dari India dan Indonesia. Selain itu, terdapat juga pertemuan antara KADIN Indonesia dengan Kamar Dagang India (Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry, FICCI) untuk mendiskusikan kerjasama bisnis antar India-Indonesia untuk
memulihkan dan mengakselarasi pemulihan ekonomi pasca-pandemi.
Tujuan utama B20 sejak berdirinya adalah menjadi representasi komunitas bisnis dalam ekonomi G20 dengan cara memformulasikan rekomendasi kebijakan bagi pemimpin negara G20. Mengusung tema “Advancing Innovative, Inclusive, and Collaborative Growth”, B20 Indonesia berfokus mengadvokasi aspirasi komunitas bisnis untuk berkolaborasi dengan pemimpin G20 demi mewujudkan peningkatan inovasi pada ekonomi global, perekonomian yang berkelanjutan dan inklusif, serta memfasilitasi kerjasama antar perbatasan demi restorasi dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam pidatonya, Shinta Kamdani memaparkan terobosan penting dalam rekomendasi kebijakan yang
dibuat oleh B20 Indonesia untuk mengatasi tiga isu kunci dengan memperkuat kolaborasi yang lebih solid antar pemerintah G20. Isu kunci tersebut adalah memprioritaskan inovasi untuk perkembangan
pasca-krisis, memberdayakan perusahaan MSME (micro, small, and medium enterprise) serta kelompok
ekonomi rentan, dan mendukung pertumbuhan kolaborasi antar negara maju dan berkembang.
Dalam konteks bisnis, menurut Arsjad Rasjid, secara umum kita memiliki tiga alasan mengapa Indonesia merupakan negara yang ramah bisnis. Pertama, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 275 juta jiwa yang mana hal ini menjadikannya pasar terbesar di ASEAN. Indonesia bahkan diprediksi akan menjadi negara dengan ekonomi ke-empat terbesar di dunia pada tahun 2045. Kedua, sebanyak 40% dari
populasi Indonesia berusia di bawah 24 dan 85% di bawah usia 45, yang berarti Indonesia memiliki tenaga kerja dan talenta dengan proporsi yang besar.
Alasan ketiga secara spesifik membuktikan bahwa Indonesia adalah tempat yang ramah bisnis bagi India, yakni kelompok menengah berkembang di Indonesia adalah pelanggan setia bagi jenama India yang sukses seperti OYO, Tata Motors, Adani Group, dan TVS Motors.
Saat ini, India merupakan investor asing terbesar ke-26 di Indonesia. Tercatat jumlah investasinya sebesar $49.5 juta dengan tiga sektor utama yaitu tekstil, tanah untuk pembangunan, dan kawasan industri. Adapun begitu, menurut Arsjad, masih banyak potensi yang masih bisa dikembangkan dan
di-diversifikasi untuk memajukan ekonomi bilateral India dan Indonesia.
Mengenai potensi tersebut, Arsjad melanjutkan presentasinya dengan menyampaikan bahwa terdapat
empat sektor prioritas yang memiliki potensi tinggi dan layak untuk dieksplorasi. Pertama, sektor maritim
dan infrastruktur. Kesempatan bisnis yang dapat dieksplorasi di antaranya adalah transportasi maritim dan
pengembangan pelabuhan, layanan kelautan seperti pengerukan dan sistem telekomunikasi kelautan, serta
kerjasama strategis untuk membangun infrastruktur kelas dunia.
Sektor prioritas kedua adalah sektor digital. Unified Payment Interface (UPI) di India adalah sebuah sistem pembayaran digital yang efisien, aman dan transparan. Sistem tersebut sudah mulai diadopsi di Indonesia dan berpotensi untuk dikembangkan lebih luas lagi. Sektor prioritas ketiga adalah kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Indonesia memiliki sumber daya
alam yang melimpah untuk mendukung transisi penggunaan kendaraan listrik, termasuk bahan mentah untuk memproduksi baterai EV. Selain itu, perusahaan automobil India, TATA Motors, juga sudah merambah ke bisnis EV.
Mempertimbangkan hal ini, Indonesia dapat menghadirkan kesempatan untuk menjadi penghubung manufaktur yang ideal karena memiliki sumber daya alam melimpah dan juga market yang besar. Sektor keempat adalah sektor transisi energi. Dalam rangka berkomitmen untuk menangkal dampak perubahan iklim, kebijakan pemerintah Indonesia dan India sudah selaras. Indonesia berkomitmen untuk
mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060 dan India memiliki target untuk dapat mencapai penggunaan sumber energi non-fosil sebanyak 40% pada tahun 2030. Maka dari itu, dalam proses transisi ini, terdapat potensi besar di mana Fourth Partner Energy (4PEL), sebuah pengembang tenaga surya yang terkemuka di India, dapat bekerjasama sama dengan Indika Energy untuk mengembangkan energi baru terbarukan yang terjangkau untuk mendukung bisnis yang lebih hijau di Indonesia dan India.
Atas pertimbangan potensi-potensi ini, KADIN selaku Host B20 Indonesia akan memfasilitasi dan membantu segala proses investasi Indonesia di India untuk memastikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Tidak hanya itu, B20 Indonesia akan senantiasa mengadakan diskusi agar dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat mengatasi masalah kesehatan global, transisi hijau, sekaligus memastikan perkembangan bisnis yang inklusif bagi wanita dan bisnis MSME.
Delegasi B20 KADIN Indonesia berharap melalui forum bisnis ini, India akan membawa delegasinya untuk menghadiri B20 Indonesia Summit yang akan diadakan pada tanggal 13-14 November 2022, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) agar dapat berpartisipasi langsung untuk membentuk kebijakan prioritas yang akan berdampak pada ekonomi global pasca-pandemi, berjejaring dengan pemimpin internasional, dan mengeksplorasi kesempatan investasi.
B20 Indonesia Summit juga akan diisi rangkaian side events dari tanggal 11-12 November 2022, seperti B20 Net Zero & Investment, Bloomberg NEF Summit, OCEAN20, dan lain-lain. Semua acara ini diselenggarakan untuk dapat memfasilitasi para delegasi untuk mengambil bagian dalam membangun
ekonomi sekaligus memfasilitasi kolaborasi bisnis melalui investasi, perdagangan, dan kerjasama lainnya.