JAKARTA, Cobisnis.com – ADA, perusahaan digital marketing terkemuka di Indonesia, memprediksi bahwa investasi pada data dan teknologi akan menjadi sangat krusial di tahun 2022.
Hal itu terjadi karena pelaku bisnis perlu menambah anggaran pemasarannya untuk bersaing di pasar yang lebih kompleks. Tren ini akan terus berkembang cepat karena pasar Indonesia tengah melalui proses pemulihan yang positif dan semakin inklusifnya ekonomi digital tanah air.
Bisnis yang baru-baru ini memasuki ranah digital akan menghadapi tantangan karena harus keluar dari pedoman marketing tradisional. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang cara menyusun strategi marketing di tahun 2022, ada beberapa elemen kunci yang perlu diperhatikan:
Menciptakan dan mengeksekusi digital blueprint yang mampu mendorong proses end-to-end data dan tingkat kematangan digital.
Melakukan investasi pada Kecerdasan Buatan (AI) serta mulai mencoba berbagai macam perangkat untuk keuntungan aktivitas marketing.
Bersiap untuk memasuki ranah baru dalam digital marketing.
Memahami konteks seputar digital marketing akan menjadi dasar yang baik untuk mengokohkan bisnis di dunia digital, karena ke depannya dunia digital akan semakin kompetitif. Pelaku bisnis akan meningkatkan pengeluarannya untuk marketing yang berdampak pada biaya akuisisi dan retensi konsumen yang lebih tinggi.
Hal tersebut membuat bisnis harus fokus pada kinerja untuk mendorong return on investment (ROI). Pelaku bisnis harus menyadari adanya solusi teknologi yang dapat mengoptimalkan upaya marketing di berbagai industri. Dengan peningkatan tahunan lebih dari 13%, ada sekitar 8.000 solusi marketing yang dapat diakses di pasar global pada tahun 2020, dengan solusi data menjadi salah satu aspek yang berkembang pesat.
“Solusi bisnis berbasis data berkembang pesat seiring dengan semakin banyaknya data yang tersedia. Kita memerlukan lebih banyak teknologi yang mampu memberikan wawasan serta petunjuk dari kumpulan data tersebut. Kemudian, kita dapat menggunakan data tersebut untuk seluruh media, materi marketing dan interaksi konsumen,” ungkap Suraj Sivaprasad, Managing Director, ADA Indonesia.
Suraj juga menambahkan bahwa pengelolaan alur kerja marketing yang komprehensif dan terotomatisasi pada beberapa bagian marketing juga menjadi area penting lainnya yang perlu diperhatikan. Ini adalah solusi yang harus dipertimbangkan di tahun mendatang.
Berdasarkan laporan “Roaring 20s: The SEA Digital Decade” dari Google, Temasek, dan Bain, Indonesia setidaknya memiliki 21 juta konsumen digital baru sejak awal pandemi (hingga paruh pertama 2021), dengan 99% konsumen berniat untuk terus memakai platform digital. Konsumen Indonesia juga merupakan pengguna internet yang aktif, sehingga sektor ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan diperkirakan akan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar 70 miliar USD pada tahun 2021.
Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 49% dan diprediksi meningkat dua kali lipat menjadi 146 milyar USD di tahun 2025. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa banyak bisnis yang menggunakan perangkat digital untuk berkomunikasi secara lebih baik dengan konsumen dan 69% berencana untuk meningkatkan penggunaan perangkat digital marketing dalam lima tahun ke depan.
Suraj juga menambahkan bahwa ekonomi digital di Indonesia akan jauh lebih maju dalam beberapa tahun ke depan. Bisnis-bisnis yang bergabung dalam peningkatan digital marketing di 2021 kemungkinan akan menghadapi kesulitan untuk menonjol pada marketplace yang semakin ramai dan terfragmentasi. “ADA telah mempersiapkan beberapa solusi yang dapat membantu marketers membangun strategi digital marketing yang efektif. Pada tahun 2022, kami memperkirakan investasi pada data dan teknologi akan semakin vital bagi digital marketing. Bisnis harus menyelaraskan dan menyadari hal ini untuk mencapai kinerja yang kuat dan pertumbuhan yang stabil,” ujarnya.
Apabila pelaku bisnis merancang dan mengimplementasikan elemen-elemen di atas, pada tahun 2022, brand mereka akan berada di tempat yang lebih kuat pada tahun 2023 dan 2024, terlebih saat dunia digital jauh lebih berkembang dan kompleks. Selain itu, brand telah berada satu langkah lebih dekat dengan ruang digital baru—Metaverse. Metaverse akan berkembang menjadi ruang virtual yang persisten dan user-defined, di mana brand dan konsumen dapat berinteraksi dengan cara baru.