JAKARTA, Cobisnis.com – Gajah dikenal sebagai salah satu hewan dengan ingatan paling kuat di dunia. Sebagai satwa cerdas yang memiliki kemampuan menghafal rute jelajah hingga puluhan kilometer, gajah memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Kebiasaan mereka menjelajah area luas membuat gajah menjadi agen penyebar biji alami yang membantu memperluas tutupan vegetasi dan menjaga keragaman hayati.
Selain menyebarkan biji tumbuhan, jalur jelajah yang dibuka gajah juga membantu satwa lain menemukan sumber pakan baru. Bahkan kotoran yang mereka tinggalkan menyimpan banyak biji yang kemudian tumbuh menjadi tanaman baru, sekaligus menyuburkan tanah di area tersebut. Karena kontribusinya yang besar bagi ekosistem, gajah kerap dijuluki sebagai “petani hutan” yang turut menjaga kualitas udara dan kelestarian hutan tropis.
Namun, peran penting tersebut kini semakin terancam. Menyempitnya kawasan hutan akibat alih fungsi lahan membuat rute jelajah alami gajah berubah menjadi permukiman hingga area perkebunan. Di wilayah Tesonilo, misalnya, luas kawasan hutan yang semula mencapai sekitar 81.793 hektare pada 2014 kini menyusut drastis menjadi hanya sekitar 12.561 hektare atau sekitar 15 persen saja. Penyusutan ini memicu semakin seringnya konflik antara manusia dan satwa liar.
Tak hanya kehilangan habitat, gajah juga menghadapi ancaman perburuan liar yang terus terjadi dari tahun ke tahun. Diperkirakan populasi gajah Sumatera dan Kalimantan kini tidak lebih dari 1.500 ekor yang tersisa di alam bebas. Jumlah tersebut menunjukkan kondisi kritis yang berpotensi mempercepat kepunahan jika tidak segera dilakukan upaya perlindungan yang lebih kuat.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru. Jika populasi gajah terus menurun, maka ekosistem hutan yang selama ini bergantung pada peran mereka—termasuk penyebaran biji, regenerasi tanaman, dan kesuburan tanah—akan terdampak secara signifikan. Pertanyaan besar pun muncul: tanpa gajah, siapa yang akan menjaga keberlangsungan “paru-paru dunia”?
Upaya pelestarian habitat, penguatan patroli anti-perburuan, serta pengelolaan kawasan konservasi menjadi langkah penting untuk memastikan gajah tetap dapat menjalankan fungsi ekologisnya. Tanpa itu semua, hilangnya gajah bukan hanya kehilangan satu spesies, tetapi juga ancaman bagi stabilitas ekosistem hutan Indonesia.












