Cobisnis.com – Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf, Agustini Rahayu, mengatakan media mainstream memiliki peranan penting dalam menghadapi pandemi Covid-19. Terutama dalam konteks diseminasi informasi mendukung peran kehumasan dan pelayanan informasi publik.
“Karena apa yang kita sampaikan melalui media tersebut adalah strategi bagaimana menghadapi dampak pandemi Covid-19 di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Hal ini dilakukan agar informasi mengenai program dan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat tersampaikan dengan baik ke publik,” kata Agustini dalam diskusi virtual, Senin (30 November 2020).
Kemenparekraf memanfaatkan media mainstream karena jangkauannya yang mampu menjadi stand point untuk sosialisasi berbagai kebijakan dan program, memitigasi isu yang meluas di masyarakat, hingga melakukan persuasi masyarakat melalui penggunaan media.
Salah satu contoh signifikan yang disebut Agustini adalah sosialisasi protokol kesehatan berbasis Cleanliness, Health, Safety, dan Environmental Sustainability (CHSE) melalui media.
“CHSE untuk gaining confident wisatawan, sehingga wisatawan memiliki keyakinan untuk melakukan perjalanan wisata,” ujar Agustini
Persepsi Publik
Juru Bicara Kemenparekraf, Prabu Revolusi, membahas pengaruh media mainstream dalam penguatan strategi kehumasan. Menurut dia, hal pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan dengan jelas media mainstream itu seperti apa dan bagaimana membedakan media mainstream dengan media non-mainstream.
“Media mainstream berasal dari konglomerasi media. Biasanya media mainstream akan berkumpul menjadi satu bagian yang besar, ada televisi, radio, online, hingga podcast. Dengan kita mengetahui jenis media mainstream ini, maka kita bisa mengetahui produk public relations seperti apa yang bisa kita keluarkan, outcome seperti apa yang harus kita paparkan pada media mainstream,” jelas Prabu.
Salah satu karakter media mainstream menurut Prabu adalah mampu memberikan pengaruh besar pada persepsi publik.
“Jadi, sebagian besar persepsi publik dibentuk oleh outcome (hasil) dari media mainstream. Informasi atau konten yang dihasilkan media mainstream seperti televisi atau online media berkontribusi dalam pembentukan persepsi publik. Persepsi publik menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena akan membangun behavior atau perilaku masyarakat,” kata Prabu.
Ketika persepsi publik sentimennya negatif, maka behavior-nya juga akan pesimistis. Sebaliknya, jika persepsi publik lebih positif, maka behavior publik lebih optimistis.
“Jadi, penting sekali bagi kehumasan untuk melakukan mapping tentang proses persepsi publik itu dibentuk,” ujar Prabu.
Wakil Ketua Bidang Pengembangan Perhumas Muda BPP Perhumas, Reylando Eka Putra, mengatakan media mainstream maupun non-mainstream memiliki semangat yang sama yakni menginginkan Indonesia bangkit dari pandemi COVID-19, terutama di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Jika diperhatikan pada platform online, media mainstream sudah cukup baik memberitakan aktivitas pariwisata dan ekonomi kreatif, terutama mengenai protokol kesehatan berbasis CHSE,” kata Reylando.
Selain itu, Reylando juga menuturkan peran humas yanh perlu membuat klasifikasi terhadap media, tapi tetap penting untuk bersikap egaliter.
“Menyamaratakan dalam memberikan informasi kepada media itu penting. Tidak hanya memperhatikan media nasional yang sudah memiliki nama saja, tetapi media-media kecil pun juga perlu mendapat perhatian,” ujar Reylando.