Cobisnis.com – Kredivo Indonesia, solusi teknologi kredit instan, terus berinovasi dalam memberikan kemudahan akses serta fleksibilitas pembayaran guna menjaga pertumbuhan transaksi para merchant, sekaligus turut menjaga daya beli masyarakat dan meningkatkan kepercayaan konsumen Indonesia dalam berbelanja online.
General Manager Kredivo Indonesia, Lily Suriani, mengatakan inovasi di produk dan teknologi amat penting, terlebih di masa Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sedang dilakukan pemerintah.
Berdasarkan data internal Kredivo pada September 2020 dimana jumlah transaksi pengguna dan rata-rata nilai pembelanjaan (AoV) sudah melebihi angka pre-COVID.
“Kami optimis pemulihan ekonomi bergerak ke arah yang positif. Konsumen sudah kembali memiliki keberanian untuk berbelanja, apalagi jika distimulasi oleh berbagai program yang menarik dan meringankan pembayaran,” kata Lily dalam webinar “Peran Literasi Keuangan Digital dalam PEN”, yang diselenggarakan Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI) dan Kredivo.
Sebagai contoh, Kredivo menghadirkan opsi pembayaran berkala saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) sepanjang akhir tahun 2020 dengan bunga 0% untuk tenor 3 dan 6 bulan. Kemudahan akses keuangan ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat meski pandemi masih berlangsung.
“Ditopang pondasi bisnis kami yang kuat dan prinsip responsible lending bagi para konsumen Kredivo, kami berharap bisa terus bertumbuh dengan pesat.”
“Kehadiran berbagai hari spesial belanja sepanjang Q4 2020 ini kami harap akan meningkatkan minat dan kepercayaan masyarakat di tengah pemulihan ekonomi nasional dengan pertumbuhan GMV diperkirakan mencapai 50% dari Q3 2020,” jelas Lily.
Peningkatan adopsi digital dan keyakinan konsumen tersebut sejalan dengan temuan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2019.
Survei tersebut menunjukkan indeks inklusi keuangan atau penggunaan produk keuangan yang sudah mencapai 76,19%. Akan tetapi, masih terdapat kesenjangan angka tersebut dengan indeks literasi keuangan (38,03%) yang menunjukkan pemahaman. Hal ini memperlihatkan banyak pengguna produk keuangan di Indonesia yang belum tahu dan terampil menggunakan produk keuangan secara efektif.
Padahal, sebagai negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, literasi keuangan yang baik khususnya di ranah digital menjadi penting.
Di tengah Bulan Inklusi Keuangan sepanjang Oktober 2020, literasi keuangan digital pun semakin digalakkan pemerintah maupun pemain industri sektor keuangan.
Hal ini sejalan dengan inisiatif Literasi Keuangan Digital yang merupakan upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk terus meningkatkan literasi keuangan masyarakat melalui teknologi informasi. Terlebih di tengah keterbatasan berbagai kegiatan sosialisasi literasi keuangan yang berbentuk fisik akibat pandemi.
Empat Komponen Literasi
Munawar Kasan, Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Teknologi Finansial, menjelaskan tentang literasi keuangan digital yang memiliki 4 (empat) komponen.
Pertama, mengetahui produk, paham produk dalam industri keuangan digital dan aneka produk fintech. Kedua, bijak memanfaatkan, tak hanya memanfaatkan tetapi juga meminjam sesuai kebutuhan, menghitung kemampuan membayar, paham bunga, denda bayar sesuai jumlah dan waktunya.
Ketiga, berbicara soal literasi, penting untuk mengetahui resiko dan bagaimana mitigasinya, khususnya mengenai penggunaan data pribadi di tengah literasi digital masyarakat yang masih rendah.
“Keempat, paham selesaikan masalah khususnya terkait pelaporan apabila ada pengaduan,” ujar Munawar Kasan.
Di samping empat poin tersebut, inovasi dan kolaborasi regulator dan industri dalam mendorong literasi keuangan wajib terus didorong oleh pelaku industri fintech lending.
“Ditengah fintech adoption di Indonesia yang masih dibawah 34% dan funding gap sebesar Rp. 989 Triliun, kolaborasi regulator dan industri, serta inovasi dari pelaku ekosistem digital seperti yang dilakukan Kredivo dan mitra merchant, sangat penting dalam memaksimalkan pemanfaatan kehadiran kemudahan akses keuangan digital saat ini secara bijak,” kata Ketua Harian AFPI, Kuseryansyah.
Menurut dia, ruang pertumbuhan Indonesia disektor digital masih cukup tinggi.
“Kami berharap pelaku industri fintech dapat terus mendukung program literasi keuangan digital sesuai misi AFPI dan program OJK dan Pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.