JAKARTA, Cobisnis.com – Pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik sudah mencapai 80 persen per akhir Oktober 2023.
Perkembangan pembangunan smelter ini sesuai target linimasa kurva-S dari pemerintah.
PTFI juga telah menyelesaikan beberapa pekerjaan guna penyelesaian konstruksi fisik pada akhir Desember 2023, kemudian akan melalui tahap dan memulai kegiatan operasionalnya pada akhir Mei 2024.
Setelah beroperasi, smelter kedua ini akan mencapai kapasitas produksi penuh pada Desember 2024.
“PTFI telah menyelesaikan lebih dari 80 persen pembangunan smelter per akhir Oktober, sesuai target linimasa kurva-S dari pemerintah,” tutur Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo dalam keterangan resmi, ditulis Jumat, 10 November.
Tiko, sapaan akrab Kartika menyampaikan, proyek smelter PTFI sangat fundamental untuk meningkatkan daya saing Indonesia, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor beberapa material utama untuk ekonomi Indonesia.
“PTFI salah satu perusahaan yang memberikan kontribusi terbesar ke negara, dalam bentuk pajak, royalti. Kita ingin produksi Freeport baik di hulunya, maupun nanti di smelternya benar- benar bisa sesuai harapan, termasuk juga emas dan logam mulia lainnya,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direkur PTFI Tony Wenas menyampaikan tantangan utama dalam penyelesaian smelter yaitu proyek manajemen yang tidak mudah.
“Menyangkut begitu banyak sub-kontraktor, melibatkan tenaga kerja yang banyak, bagaimana memadukannya sehingga inline,” ujar Tony.
Lebih lanjut, Tony mengatakan bahwa keberadaan smelter PTFI hingga kuartal III-2023 telah berkontribusi terhadap nilai realisasi investasi untuk hilirisasi.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi untuk hilirisasi di sektor mineral senilai Rp151,7 triliun dimana tembaga memberikan kontribusi sebesar Rp47,6 triliun.
Dengan sumber daya yang ada di Indonesia serta dengan program percepatan investasi, Indonesia akan menjadi pemain yang diperhitungkan dalam pertambangan dan hilirisasi.
“Sudah banyak investasi yang mau masuk di Indonesia untuk membuat value added yang akan lebih banyak lagi. Demand produk tambang akan semakin tinggi dan ini merupakan peluang dan Indonesia akan menjadi pemain yang diperhitungkan di dunia,” kata Tony Wenas.
Dalam pembangunan smelter kedua ini, PTFI juga telah menanamkan investasi hingga tahap pre-commissioning dan commissioning untuk memastikan seluruh fasilitas berfungsi tanpa kendala Amerika Serikat atau setara Rp43 triliun per akhir Oktober 2023, dari total anggaran 3 miliar dolar Amerika.
Setelah beroperasi penuh, smelter ini akan mampu mengolah konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) dan menghasilkan katoda tembaga 2,9 miliar dolar hingga 600.000 ton per tahun.