Cobisnis.com – Ekonom INDEF, Bhima Yudhistria, mengatakan pada tahun 2020, fokus UMKM adalah bertahan menghadapi dampak pandemi Covid-19. Umumnya, pelaku UMKM mampu bertahan dengan melakukan penyesuaian bisnis atau memanfaatkan cadangan modal yang tersisa.
Namun, di tahun 2021, pelaku UMKM tidak hanya harus bisa memulai bisnisnya, tetapi juga harus siap menghadapi booming ekonomi, seperti yang terjadi pasca-pemulihan ekonomi dari krisis di tahun 1930, 1998 atau 2008.
“UMKM itu yang bertahan dan restart bisnis tahun 2021, tidak siap dengan
boomingnya. Bagaimana mencari pendanaan murah, bagaimana dengan inovasi bisnisnya dan mengatasi pergeseran perilaku konsumsi,” ujar Bhima dalam Webinar “Pemulihan Ekonomi untuk Sektor UMKM Nasional”, Rabu (28 April 2021).
Webinar diselenggarakan Alika Communication bersama School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (SBM ITB).
Bima menuturkan, faktor yang paling penting dalam memulai bisnis ke depan adalah modal yang sudah terkuras selama hampir satu tahun lebih karena bertahan di tengah pandemi. Sehingga, perlu disiapkan ekosistem pendukung pelaku UMKM menghadapi booming ekonomi.
Sementara itu, CEO dan Founder Jago Coffee, Yoshua Tanu mengatakan, sebagai pelaku usaha ada keinginan untuk menarik pinjaman baru, tetapi masih mempertimbangkan dan melihat perkembangan suku bunga kredit dan jangka waktu pinjaman.
Menurutnya, alasan utama menarik kredit adalah untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan untuk stabilitas bisnis di jangka panjang, sehingga tidak hanya kredit jangka pandek, pihaknya juga membutuhkan pinjaman bertenor panjang.
Yoshua juga melakukan survei dengan pengusaha mikro lainnya. Dari survey itu, diketahui masih ada keraguan untuk melakukan kerja sama dengan P2P lending, di mana pengusaha Jago mikro bisa mengambil pinjaman dan payback cart karena dari segi interest rate yang lumayan tinggi, dan untuk time frame yang lumayan pendek.
“Masa pandemi ini, membuat penjualan dari sektor makanan dan minuman menurun karena daya beli yang melemah. Banyak orang lebih memilih menabung dan mereka trauma dengan pengurangan gaji dari perusahaan swasta maupun sektor pemerintah,” ujar Yoshua.
Senior Lecturer SBM ITB, Dr Subiakto Sukarno, MBA CFP, mengatakan menstimulus semangat berbelanja di tengah masyarakat dalam situasi saat ini, juga menjadi tugas besar pemerintah untuk membangkitkan kepercayaan diri pelaku usaha dalam mengembangkan UMKM.
“Misalnya, gencar mengkampanyekan bangga menggunakan produk-produk Indonesia,” ujarnya.