JAKARTA, Cobisnis.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Pabrik Hot Strip Mill 2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon. Turut hadir mendampingi Presiden Jokowi, yakni Ketua DPR RI Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Panjaitan, Menteri BUMN RI Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara RI Pratikno, dan Menteri Investasi RI Bahlil Lahadalia.
Kunjungan Presiden Joko Widodo diawali plant visit dengan melihat proses produksi HRC, menyempatkan masuk ke Control Room, dan berdiskusi mengenai kecanggihan dari sistem otomasi pabrik HSM 2.
Di dalam diskusi saat plant visit Presiden RI Joko Widodo menyampaikan perhatiannya akan penghematan devisa dan perbaikan neraca perdagangan yang bisa diupayakan oleh industri baja nasional. Plant visit ini dilanjutkan juga dengan penandatanganan produk Hot Rolled Coil (HRC) produksi pertama yang memiliki ketebalan 1,4 mm oleh Presiden.
Presiden RI Joko Widodo dalam sambutannya menyatakan bahwa walaupun di masa pandemi, proses transformasi BUMN terus dilakukan untuk menjadi BUMN kelas dunia, semakin profesional, kompetitif dan menguntungkan. Proses transformasi BUMN yang dilakukan adalah mulai dari restrukturisasi di BUMN, pembentukan holding dan sub holding hingga pembentukan klaster-klaster industri strategis.
“Krakatau Steel saat ini sudah semakin sehat dan produksinya semakin lancar. Industri ini sangat strategis, oleh karena itu saya memberikan perhatian khusus untuk industri baja ini. Produk yang dihasilkan dibutuhkan oleh industri lain, sehingga nantinya peningkatan kapasitas industri baja akan dapat mengurangi impor dari negara-negara lain. Industri baja juga merupakan salah satu pilar penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia karena konsumsi baja kita sangat besar, jangan dibiarkan ini dimasuki oleh produk-produk dari luar,” jelas Presiden RI Joko Widodo
Pabrik HSM 2 ini menggunakan teknologi modern dan terbaru di industri baja. Hanya ada dua di dunia industri baja yang menggunakan teknologi tinggi ini, yaitu di Amerika Serikat dan di Indonesia yaitu di Krakatau Steel. Pabrik HSM 2 dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun ini menghasilkan produk HRC.
Dengan ditambah kapasitas Pabrik HSM 2 yang merupakan pabrik pertama di Indonesia yang menghasilkan produk baja HRC kualitas premium, maka produksi HRC Krakatau Steel menjadi berkapasitas total 3,9 juta ton per tahun. Dengan beroperasinya pabrik HSM 2 diharapkan dapat menekan impor produk baja di Indonesia sehingga dapat menghemat devisa negara.
“Saya berpesan agar hasilkan produk baja berkualitas agar dapat memenuhi kebutuhan dunia industri di negara kita dan saya yakin akan dapat menjadi komoditas yang bersaing di pasar regional maupun global. Terus kita dukung pelaku industri baja dan besi, mendukung BUMN kita agar menjadi profesional dan terus menguntungkan untuk mewujudkan Klaster 10 Juta Ton Industri Baja di Cilegon yang ditargetkan akan terealisasi di tahun 2025,” tegas Presiden Jokowi.
Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi jajaran komisaris dan direksi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang telah membawa perseroan ke tahap akhir proses restrukturisasi. Erick menyebut, Krakatau Steel telah melewati tahap satu dan dua proses restrukturisasi, dan sukses meraih keuntungan.
Erick mengungkapkan, di masa pandemi di tahun 2020, perusahaan BUMN telah dapat berkontribusi sebesar Rp375 triliun, bahkan Krakatau Steel yang kemarin delapan tahun merugi saat ini sudah mampu membukukan laba hingga Rp800 miliar.
“Perbaikan kinerja ini akan meningkatkan akuntabilitas dan daya saing perusahaan BUMN. Semoga Krakatau Steel terus menjaga peningkatan performance-nya menjadi lebih kompetitif,” tambah Menteri BUMN RI Erick Thohir.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy menyatakan rasa terima kasihnya atas kehadiran Presiden RI Joko Widodo, Ketua DPR RI, dan para Menteri yang telah hadir meresmikan Pabrik HSM 2 Krakatau Steel.
“Pembangunan Pabrik HSM 2 dengan nilai investasi sebesar Rp7,5 triliun ini didirikan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi baja nasional dan dalam rangka meningkatkan daya saing produk baja produksi Indonesia. HSM 2 ini lebih efisien, bisa memangkas biaya operasi hingga 25%,” pungkas Silmy.
Produk HRC hasil dari Pabrik HSM 2 ini nantinya akan diutamakan untuk mengisi pangsa pasar otomotif yang membutuhkan kualitas produk baja terbaik. Hal ini seiring dengan rencana Indonesia untuk menjadi salah satu pusat produksi mobil listrik dunia.
“Konsumsi baja dalam negeri akan semakin tumbuh seiring dengan pembangunan infrastruktur, industri dalam negeri, dan perekonomian Indonesia. Dalam kurun waktu 5 tahun, konsumi baja dalam negeri per kapita per tahun meningkat 40%. Sehingga sesuai dengan amanat Presiden RI, Krakatau Steel dan industri baja dalam negeri akan mengisi pemenuhan kebutuhan industri baja nasional tersebut,” tutup Silmy.