JAKARTA, Cobisnis.com – Mesin cetak uang paling canggih di dunia dikembangkan oleh Koenig & Bauer Banknote Solutions (KBA-NotaSys), kolaborasi teknologi Jerman–Swiss. Sistem ini tidak hanya mencetak, tetapi juga merancang seluruh lini produksi uang, mulai dari desain hingga instalasi di fasilitas negara pemesan.
Pusat riset dan pengembangan KBA-NotaSys berada di Lausanne, Swiss. Di tempat inilah teknologi keamanan terbaru dirancang, termasuk kemampuan menggabungkan berbagai fitur anti-pemalsuan dalam satu rangkaian produksi yang terintegrasi.
Mesin KBA-NotaSys mampu menjalankan hampir seluruh tahapan produksi, mulai dari offset printing, intaglio, pelapisan varnish, hingga embossing dan foil stamping. Integrasi ini membuat proses lebih efisien sekaligus meningkatkan standar keamanan uang.
Salah satu seri unggulan adalah “Super Simultan”, mesin yang dapat mencetak kedua sisi uang secara bersamaan dengan tingkat detail mencapai sekitar 10.000 dpi jauh melampaui mesin komersial biasa. Teknologi ini menjadi salah satu alasan kenapa banyak negara mengandalkannya.
Untuk satu lini produksi lengkap, biaya investasinya dapat mencapai puluhan juta dolar AS. Nilai sebesar itu mencerminkan betapa industri percetakan uang sangat bergantung pada teknologi tinggi dan kontrol regulasi yang ketat.
Mesin ini tidak dijual secara terbuka. Pelanggannya hanya bank sentral dan percetakan negara yang telah mendapatkan persetujuan khusus, demi menjaga keamanan dan mencegah penyalahgunaan teknologi.
Selain menyediakan mesin, KBA-NotaSys juga menawarkan layanan komprehensif: pembuatan desain uang, produksi pelat cetak, instalasi peralatan, hingga pelatihan teknisi lokal. Model layanan penuh ini membuat banyak negara memilih bekerja sama dengan mereka.
Dari sisi ekonomi, penggunaan mesin berteknologi tinggi cenderung meningkatkan efisiensi produksi dan memperkuat sistem keamanan uang suatu negara. Hal ini membantu menekan angka pemalsuan yang dapat mengganggu stabilitas moneter.
Secara geopolitik, dominasi KBA-NotaSys menunjukkan bahwa keamanan uang fisik masih menjadi prioritas global, meski sistem pembayaran digital terus berkembang.
Namun, tingginya investasi membuat hanya sebagian negara yang mampu mengadopsi teknologi ini, sehingga terjadi kesenjangan kemampuan produksi uang antara negara maju dan berkembang.














