YOGYAKARTA, Cobisnis.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyambangi Desa Wisata Rejowinangun Kotagede Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (8/10/2021).
Dalam lawatan di kampung yang didiami 12.548 jiwa itu, Sandiaga Uno disuguhi pertunjukan wayang kulit yang dibawakan dalang cilik yang berumur 9 tahun, Alby Ersani Widyaputra, di pendopo Kelurahan Rejowinangun.
Usai pertunjukkan sekitar 15 menit itu, Alby sapaan akrab Alby Ersani Widyaputra memberikan sebuah wayang yang terbuat dari kardus dengan karakter mirip wajah Sandiaga yang memakai blangkon dan berkacamata. Wayang kardus itu dibuat oleh Alby sendiri.
Mendapatkan kado wayang dari Alby, Menparekraf Sandiaga pun menanyakan, jika dalam pewayangan, tokoh lakon apa yang kira-kira akan pantas diperankannya. “Tidak ada,” jawab Alby sambil tersenyum.
“Wayang ini memang wayang untuk Pak Sandi, saya namai Raden Sandi Uno. Alby menuturkan wayang untuk Menparekraf Sandiaga itu dibuatnya terinspirasi sosok Batara Wisnu. Batara Wisnu tokoh wayang favorit saya, karena dia bijaksana,” lanjut Alby.
Menparekraf Sandiaga Uno yang datang ke Rejowinangun didampingi Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi dan Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan Kemenparekraf/Baparekraf, Indra Ni Tua, berharap Alby kelak bisa menjadi dalang kenamaan, menapaktilasi jejak idolanya, Ki Seno Nugroho, yang sudah berpulang.
Menurutnya, peluang itu masih terbuka lebar mengingat usia Alby yang masih begitu muda. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Menparekraf berjanji menggandeng Alby tampil di berbagai event, baik nasional maupun internasional.
Menparekraf juga memberikan satu handphone agar Alby dapat membuat video lebih baik dan membantunya dalam memproduksi konten-konten kreatif.
“Potensinya luar biasa, kami akan dorong dan bantu mempromosikan baik menyertakan di berbagai event-event nasional yang didukung Kemenparekraf maupun internasional,” katanya.
Saat tiba di Kampung Wisata Rejowinangun, Menparekraf melihat langsung potensi yang dinilai memiliki 5 klasifikasi klaster yaitu Kerajinan, Kuliner, Herbal, Seni Budaya, dan Agrowisata.
Klasifikasi klaster ini tersebar dan terbagi di semua wilayah desa, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pada 2015, Desa Rejowinangun mendapat penghargaan MURI berkat pembuatan keripik daun dengan variasi terbanyak (272 jenis daun).
Selain itu, potensi wisata yang beragam, Desa Rejowinangun membagi pemusatan potensi wisata dalam 5 klaster berbeda (Seni budaya, Kuliner, Herbal, Agrowisata, dan Kerajinan) yang tujuannya untuk memudahkan masyarakat mengenali potensi masing-masing wilayah serta memudahkan pemerintah setempat dalam membuat program agar tepat sasaran.
Dari sisi seni dan budaya, kampung yang berjarak 3 kilometer dari pusat kota (Kraton/Malioboro) itu memiliki seni tari edan-edanan, yaitu tarian khas Desa Rejowinangun, akar tarian berasal dari tarian Punakawan, namun dikembangkan kembali dengan rias wajah yang membentuk beragam ekspresi jahil. Selain Tarian Edan-Edanan ada berbagai kesenian lain seperti jathilan, bergodo, gejog lesung, dan payang pendek.
Selain itu upacara adat wiwitan, yaitu upacara tahunan menjelang musim panen yang menjadi wujud terima kasih kepada Tuhan atas limpahan hasil bumi yang mereka hasilkan.
Untuk suvenir, terdapat wayang kulit, kerajinan fiber dalam bentuk hiasan pesawat dan topi demang, kerajinan daur ulang menggunakan sedotan, hingga lukisan. Dari sektor fesyen: batik motif kipo dan kebon raja, kerajinan kulit, dan blangkon menjadi andalan kampung wisata di Kota Yogyakarta itu, sementara untuk kuliner terdapat keripik pete yang merupakan olahan dari UMKM setempat.
“Selamat untuk Kampung Wisata Rejowinangun karena masuk dalam daftar 50 desa wisata terbaik di Indonesia, ada banyak hal yang bisa dinikmati di kampung wisata ini,” pungkas Menparekraf.