JAKARTA, Cobisnis.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengutarakan bahwa Indonesia mengalami kenaikan signifikan kasus positif covid-19 pada bulan Juli 2021 karena varian Delta, namun kondisi sekarang kondisi telah terkendali dengan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sampai ke level kecamatan dan desa.
Hal tersebut disampaikan Menkeu Sri Mulyani saat melakukan pertemuan bilateral dengan Menkeu Singapura Lawrence Wong di sela-sela pertemuan para menteri keuangan dan kesehatan dari negara-negara anggota G20, Jumat(29/10).
“Selain efektif menekan penyebaran kasus positif, PPKM dengan melibatkan aparat Polri dan TNI juga mendukung pemulihan ekonomi,” jelas Menkeu
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua sebesar 7,1% dan diharapkan mencapai 4% pada tahun 2021. Pertumbuhan penerimaan negara sekitar 16,9% yang didukung dari harga komoditas, khususnya dari batubara, nikel, dan CPO. Kemudian, Menkeu juga merupakan UU Harmonisasi Perpajakan yang didalamnya mengatur perdagangan karbon.
“Saat ini, Indonesia juga sedang memikirkan mengenai bagaimana mekanisme pasar komoditas dan pasar modal terkait perdagangan karbon,” ungkap Menkeu.
Dalam agenda COP 26 di Glasgow, Indonesia bersama Asian Development Bank (ADB) akan meluncurkan program Energy Transition Mechanism (ETM) yang akan ditindaklanjuti mengenai mekanisme coal power plant early retirement. Terkait hal ini, Pemerintah telah berbicara dengan para produsen pembangkit listrik berbahan baku batubara.
Sementara itu, Menkeu Singapura menyebut, para pendatang ke Singapura dibagi 4 kategori perlakuan karantina berdasarkan risiko. Indonesia saat ini berada dalam kategori 3 dan rencananya akan ditingkatkan ke level 2. Singapura mengalami kenaikan signifikan kasus positif Covid-19 dan meyakini hal ini dapat diatasi dengan natural immunity.
Dalam pertemuan tersebut, Lawrence Wong pun memaparkan target perekonomian Singapura yang dipatok sebesar 6-7% pada tahun 2021.
Kemudian, Singapura menginginkan kerjasama dalam penanganan perubahan iklim khususnya dalam bidang energi. Kerjasama difokuskan pada taksonomi, yakni memperkenalkan good transition projects, dan carbon trading yang berhubungan dengan pembiayaan hijau (green financing).