Cobisnis.com – PT Solusi Tunas Pratama
Tbk. hari ini mengumumkan laporan keuangan yang
tidak diaudit untuk triwulan pertama yang berakhir
pada tanggal 31 Maret 2020 (“1Q 2020”).
Perusahaan menghasilkan pendapatan sebesar Rp
463,7 miliar di 1Q 2020, naik 4,3% YoY
dibandingkan dengan pendapatan yang dicatat
pada 1Q 2019. EBITDA selama triwulan ini
dilaporkan sebesar Rp 385,5 miliar, mewakili margin
EBITDA sebesar 83,1%.
Per 31 Maret 2020, Perusahaan mengoperasikan
6.400 menara, 38 situs penguat sinyal dalam
ruangan dan total 4.724 km1) jaringan serat optik.
1) Termasuk jaringan serat optik yang dioperasikan STP dibawah kemitraan
Kami juga telah meningkatkan total penyewa di
menara kami menjadi 11.534, meningkatkan rasio
sewa kami menjadi 1,80x.
Pelanggan utama kami terdiri dari empat operator
telekomunikasi seluler terbesar dan paling layak
kredit di Indonesia, yaitu XL Axiata, PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. (“Telkom Group”),
PT Indosat Tbk. (“Indosat”) dan PT Hutchison 3
Indonesia (“Hutchison”) yang menyumbang sekitar
87% dari pendapatan triwulan pertama tahun 2020
kami.
Perjanjian jangka panjang kami dengan
operator telekomunikasi besar ini memberi kami
pendapatan dan arus kas yang sangat terlihat dan
stabil. Pada tanggal 31 Maret 2020, pendapatan
yang dikontrak berdasarkan perjanjian jangka
panjang kami dengan pelanggan kami adalah
sekitar Rp8,7 triliun.
Pada tanggal 31 Maret 2020, utang kotor kami
adalah Rp 6.875 miliar (porsi pinjaman dalam mata
uang asing dinilai menggunakan nilai lindung nilai),
sedangkan kas dan setara kas berjumlah Rp683,0
miliar.
Berdasarkan EBITDA Q1 2020 yang
disetahunkan (“LQA EBITDA”) kami sebesar
Rp1.541,9 miliar, rasio utang bersih terhadap LQA
EBITDA kami adalah 4,0x, turun dari 4,3x pada 31
Desember 2019.
Secara historis kami mampu
mempertahankan tingkat utang pada tingkat yang
nyaman mengingat arus kas yang kuat dari bisnis
kami dan kami tetap berkomitmen untuk
menurunkan tingkat utang. Kami percaya bahwa
tingkat utang jangka panjang yang dinormalisasi di
bawah 4.0x adalah mungkin untuk dicapai.
Kami siap untuk industri telekomunikasi di masa
depan. Kami terus mempertahankan hubungan
yang erat untuk mempertahankan peran kami
sebagai mitra pilihan untuk peluncuran jaringan
mereka.
Kami juga secara konsisten berinvestasi
dalam layanan jaringan data untuk mengantisipasi
peningkatan konsumsi data dan digitalisasi ekonomi
Indonesia. Selain itu, kami terus memelihara dan
mengolah kumpulan bakat kami untuk
mengantisipasi peluang yang dijanjikan industri ini.
Dengan inisiatif ini, kami percaya bahwa
Perusahaan memiliki posisi yang baik untuk
memanfaatkan peningkatan industri telekomunikasi
Indonesia yang akan datang.
Bapak Nobel Tanihaha, Presiden Direktur STP
mengatakan, “Sebagai penyedia infrastruktur
jaringan terintegrasi utama, kami berada di posisi
yang paling baik untuk memberikan solusi
komprehensif kepada klien kami, membina
hubungan kami dengan operator telekomunikasi
utama di Indonesia.
Kami terus menikmati sales
pipeline yang kuat, didorong oleh dorongan klien
kami untuk meningkatkan jangkauan jaringan
melalui densifikasi sel di daerah dengan kepadatan
populasi tinggi seperti Jabodetabek di mana kami
memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan.”
panjang. STP juga memberi operator telekomunikasi
seluler dan pelanggan lainnya akses ke kapasitas
pada jaringan backhaul serat optik dan jaringan DAS
dalam ruangan di pusat perbelanjaan dan gedung
perkantoran di daerah perkotaan utama.
STP memfokuskan pertumbuhan portofolio situs
menara dan kapasitas backhaul serat optik untuk
memenuhi peningkatan permintaan kapasitas
jaringan di daerah perkotaan di antara operator
telekomunikasi seluler Indonesia yang terbesar dan
paling layak mendapatkan kredit, termasuk XL
Axiata, Telkom Group, Indosat dan Hutchison.
Meskipun STP mengoperasikan situs menara di 31
dari 34 provinsi di Indonesia, sebagian besar
situsnya terkonsentrasi di provinsi berpenduduk
padat di Jawa, Bali, dan Sumatra.