JAKARTA, Cobisnis.com – Kondisi yang sangat sulit telah membuat Gaza menjadi tempat yang penuh penderitaan, kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi pers di Jenewa pada Rabu (21/2). Tedros menyoroti kehancuran yang melanda sebagian besar wilayah Gaza.
Menurutnya, lebih dari 29.000 penduduk Palestina telah kehilangan nyawa mereka di Gaza, sementara ribuan lainnya dinyatakan hilang dan diduga terkubur di bawah puing-puing bangunan. Banyak yang menderita luka parah tetapi kesulitan mendapatkan perawatan medis yang memadai.
Krisis gizi yang serius juga telah menyerang Gaza, dengan jumlah orang yang menderita gizi buruk meningkat secara dramatis sejak dimulainya perang pada Oktober 2023. Sebelum perang, kurang dari 1% populasi Gaza menderita gizi buruk, tetapi angka tersebut kini melonjak menjadi lebih dari 15% di beberapa wilayah.
Tedros menekankan perlunya gencatan senjata segera, pembebasan sandera, penghentian penggunaan senjata, dan akses kemanusiaan yang tidak terbatas. Dia menyatakan keprihatinannya atas risiko yang dihadapi petugas kesehatan yang sedang menjalankan tugas penyelamatan jiwa mereka, serta penutupan rumah sakit karena kekurangan listrik dan obat-obatan.
Tedros juga mengecam penghentian pengiriman bantuan ke Gaza oleh World Food Programme (WFP) karena alasan keamanan. Dia menyayangkan serangan terhadap tempat penampungan Médecins Sans Frontières (MSF) yang melukai dan bahkan menewaskan staf dan anggota keluarga mereka.
Dia juga mengkritik prosedur yang rumit dari pihak Israel yang memperlambat penyeberangan truk bantuan ke Gaza, serta aksi massa sayap kanan Israel yang menghalangi truk bantuan di pintu masuk Kerem Shalom ke Gaza selatan. Tedros menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak boleh menjadi korban dalam konflik ini dan harus diberikan bantuan kemanusiaan yang diperlukan.