JAKARTA, Cobisnis.com – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu industri dalam negeri agar bisa lebih berdaya saing sehingga dapat berperan secara maksimal terhadap bagian dari rantai pasok global. Hal tersebut sejalan dengan strategi pada peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Guna mencapai sasaran tersebut, perlu upaya kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait. Kemitraan ini dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional dan peningkatan integrasi produk manufaktur Indonesia ke dalam global value chain,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, Jumat (5/11).
Dirjen KPAII menyampaikan, guna mendukung integrasi pelaku industri ke dalam jejaring rantai pasok global, Kemenperin telah menjalin sinergi dengan berbagai pihak seperti lembaga internasional yang memiliki network, kompetensi, pemahaman pasar. “Di antaranya dengan CBI Belanda, SIPPO Swiss, dan IPD Jerman,” sebutnya.
Eko optimistis, dengan semakin berdaya saingnya sektor industri, Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia. “Making Indonesia 4.0 punya aspirasi besar, yakni menjadikan Indonesia masuk dalam Top 10 Global Economy pada tahun 2030,” ungkapnya.
Menuju target tersebut, sektor industri di tanah air terus berusaha keras untuk mencapai kinerja yang gemilang. Misalnya, terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2021 sebesar 7,07% (y-o-y), tertinggi dalam 16 tahun terakhir.
“Salah satu penopang utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi itu adalah pertumbuhan sektor manufaktur nonmigas yang mencapai 6,91%,” ujar Eko.
Adapun lima sektor industri manufaktur yang mengalami pertumbuhan tinggi adalah industri alat angkut, industri logam dasar, industri mesin dan peralatan, industri karet, produk karet dan produk plastik, serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional.
Kinerja lainnya yang membanggakan adalah capaian Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia. Selama satu tahun belakangan ini, PMI manufaktur Indonesia didominasi pada fase ekspansi di tengah hantaman dampak pandemi Covid-19.
“Contohnya capaian PMI manufaktur Indonesia pada bulan Oktober yang berada di level 57,2 atau naik dibanding bulan September yang berada di peringkat 52,2. Level tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah PMI manufaktur Indonesia. Bahkan, melampaui PMI manufaktur negara-negara Asean dan negara industri lainnya seperti Jepang, India, China dan Korea Selatan,” paparnya.
Eko menambahkan, dalam upaya meningkatkan daya saing dan memperkuat struktur manufaktur di tanah air, Kemenperin terus mendorong peningkatan investasi di sektor industri. Tumbuhnya sektor industri ini guna memacu penyebaran dan pemerataan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
“Untuk lokasi di Jawa, kami mengarahkan kepada sektor industri padat karya dan padat teknologi. Sedangkan, di luar Jawa, diarahkan untuk sektor industri pengolahan sumber daya alam yang mendekati ketersediaan bahan baku,” imbuhnya.
Pada tahun 2020-2024, direncanakan pengembangan 19 kawasan industri prioritas, yaitu 9 di Pulau Sumatera, 6 di Pulau Kalimantan, 1 di Pulau Madura, 2 di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku, serta 1 di Pulau Papua. Kawasan industri tersebut antara lain berbasis industri agro, migas, logam, batubara, dan kedirgantaraan.