JAKARTA,Cobisnis.com – Kementerian KeuangaN (Kemenkeu), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kembali bekerja sama menyelenggarakan Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It) pada awal pekan ini.
Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa untuk bisa menjadi negara maju dan sejahtera, setiap generasi perlu bekerja keras dan sedini mungkin perlu diberikan edukasi dan literasi keuangan dalam berinvestasi.
“Setiap generasi memiliki peranan penting untuk memperjuangkan, membangun, mengusahakan, dan membiayai pembangunan,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Selasa, 15 Agustus.
Menurut Menkeu, dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan juga sektor keuangan yang stabil dan dalam, yang antara lain ditunjukkan dengan tingkat inklusi dan literasi keuangan yang tinggi.
Bendahara negara mengungkapkan perkembangan digitalisasi di sektor keuangan yang telah mempermudah akses terhadap berbagai produk investasi, perlu diimbangi dengan peningkatan literasi keuangan.
“Indonesia hanya akan bisa maju jika kita semua peduli dan menjaganya bersama, dimulai dari memahami bagaimana mengurus negara ini, memahami mengurus keuangan diri, dan menjaga untuk diinvestasikan di tempat yang baik,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo mengajak generasi milenial yang mendominasi demografi masyarakat saat ini untuk menjadi yang terdepan dalam literasi keuangan.
“Peran generasi muda dalam mendorong literasi keuangan dapat menjadi katalis positif bagi pembangunan Indonesia,” katanya.
Senada, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan untuk menjaga keberlanjutan ada sejumlah fokus di sektor jasa keuangan yang harus dioptimalkan antara lain pengembangan pembiayaan sektor UMKM dan pengembangan pasar modal.
“Jadi seluruh perangkat kebijakan, pengawasan dan tindakan bagi ekosistem UMKM dan akses literasi bagi peningkatan masyarakat pada pemahaman serta pemanfaatan seluruh sektor jasa keuangan menjadi prioritas OJK,” sebut Mahendra.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa memproyeksikan bahwa bonus demografi yang dinikmati Indonesia menegaskan potensi investasi pasar keuangan yang cerah. Oleh karena itu dia mendorong kesadaran investasi tersebut perlu diikuti dengan penguatan literasi keuangan dalam rangka mendukung pendalaman pasar keuangan.
“Generasi muda yang well-literate dalam investasi keuangan dapat semakin meningkatkan hasil investasi melalui keputusan dan strategi keuangan yang tepat. Sebaliknya, jika tingkat literasinya rendah maka besar kemungkinan tingkat pemanfaatan dari produk investasi keuangan menjadi kurang optimal, atau bahkan tidak memahami risiko yang mungkin muncul dari suatu produk investasi keuangan,” tegas dia.
Pemerintah sendiri menyebut, literasi dan inklusi keuangan memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa keuangan dan juga pelaku usaha yang turut berkontribusi dalam membayar pajak yang mendukung program-program pemerintah, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Diharapkan dengan semakin tinggi literasi dan inklusi keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan secara tepat dengan tetap memperhatikan aspek pengelolaan risiko dan terus waspada perkembangan dengan teknologi di sektor keuangan.