JAKARTA, COBISNIS.COM – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan peningkatan nilai impor Indonesia secara tahunan (year on year/yoy) pada Juni 2024, dengan mayoritas impor berasal dari China. Plt.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan bahwa nilai impor Indonesia mencapai 18,45 miliar dollar AS atau sekitar Rp 298 triliun (kurs Rp 16.154 per dollar AS).
Nilai ini meningkat 7,58 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 17,15 miliar dollar AS.
Kenaikan impor terjadi pada komoditas minyak dan gas (migas) serta non migas.
Impor komoditas migas tercatat naik menjadi 3,27 miliar dollar AS, sementara impor komoditas non migas meningkat menjadi 15,18 miliar dollar AS.
Menurut Amalia, jika dilihat berdasarkan negara asalnya, impor paling banyak berasal dari China, dengan nilai impor komoditas non migas dari negara tersebut mencapai 5,34 miliar dollar AS, setara dengan 35,20 persen dari total impor non migas.
Secara tahunan, nilai impor dari China meningkat sekitar 10,1 persen, dari 4,85 miliar dollar AS pada Juni 2023.
Produk yang paling banyak diimpor dari China adalah mesin dan peralatan mekanis (HS 84), serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85). Setelah China, Jepang menjadi negara asal impor terbesar kedua, dengan nilai impor mencapai 1,13 miliar dollar AS atau setara 7,42 persen dari total impor non migas Indonesia.
Posisi ketiga diduduki oleh Singapura, dengan nilai impor mencapai 930 juta dollar AS, atau setara 6,13 persen dari total impor non migas.
Amalia juga melaporkan bahwa secara tahun kalender, sejak Januari hingga Juni 2024, impor paling banyak tercatat berasal dari China.
Pada periode tersebut, nilai impor dari China mencapai 32,44 miliar dollar AS, atau setara 35,41 persen total impor non migas pada paruh pertama tahun ini.
Secara keseluruhan, data BPS menunjukkan adanya tren peningkatan impor dari China dan beberapa negara lain, dengan mesin dan peralatan mekanis serta elektrik menjadi komoditas utama yang diimpor.









