JAKARTA, Cobisnis.com – Pernyataan JD Vance bahwa ia berharap istrinya suatu hari akan “tersentuh oleh Injil Kristiani” seperti dirinya memicu reaksi keras di India dan komunitas diaspora. Komentar itu dinilai menyentuh isu sensitif terkait kebebasan beragama, sekaligus mengingatkan sebagian orang pada sejarah panjang India dengan misi penyebaran agama Kristen.
Berbicara dalam acara Turning Point USA di Universitas Mississippi bulan lalu, Vance menjawab pertanyaan tentang hubungan antara patriotisme Amerika dan Kekristenan. Ia kemudian membahas pernikahannya yang beda agama, menyebut bahwa istrinya, Usha Vance, dibesarkan dalam keluarga Hindu meski tidak terlalu religius. Vance, yang dibesarkan secara evangelis, menjadi Katolik pada 2019.
Ia mengakui berharap istrinya suatu hari dapat melihat Kekristenan seperti dirinya, namun menyatakan tetap mendukung istrinya apa pun pilihannya. Usha, yang berasal dari keluarga India dan dibesarkan di California Selatan, sebelumnya menegaskan tidak berniat berpindah agama meski anak-anak mereka dibesarkan dalam tradisi Katolik dan memiliki akses pada tradisi Hindu dari keluarganya.
Komentar Vance memicu kritik dari sebagian warga India dan diaspora yang menilai pernyataannya meremehkan Hindu serta memperkuat persepsi bahwa Amerika lebih mengutamakan Kekristenan. Sejumlah jurnalis dan akademisi juga mengaitkan kontroversi ini dengan sejarah kolonial India, konflik antaragama, dan meningkatnya ketegangan terhadap minoritas agama di bawah pemerintahan BJP.
Sementara beberapa kalangan melihat Usha Vance sebagai kebanggaan komunitas Hindu karena posisinya yang penting di pemerintahan, banyak juga yang menilai bahwa tekanan agar ia berpindah agama dapat memperburuk ketegangan identitas. Kritik di media sosial menuduh Vance meremehkan keyakinan istrinya, sementara beberapa tokoh politik AS meminta publik untuk tidak menyerang keluarga Vance.
Menjelang pemilu 2028, komentar Vance dinilai sebagian analis sebagai upaya meraih dukungan basis Republikan konservatif. Namun, sejumlah pengamat memperingatkan bahwa sikap seperti itu dapat mengikis toleransi beragama baik di AS maupun secara global.














