JAKARTA, Cobisnis.com – Ketika dunia menghadapi ketidakpastian geopolitik dan perlambatan ekonomi, India menonjol sebagai titik terang, menarik arus modal asing yang signifikan ke sektor infrastrukturnya yang sedang booming.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah meningkatkan belanja infrastruktur menjadi rekor tertinggi, memanfaatkan kebutuhan global akan diversifikasi rantai pasok dari Tiongkok dan dorongan investor terhadap aset berimbal hasil tinggi di pasar negara berkembang.
Data dari Departemen Promosi Industri dan Perdagangan Internal menunjukkan bahwa investasi langsung asing (FDI) ke sektor konstruksi infrastruktur India melonjak lebih dari 400% pada kuartal pertama tahun fiskal 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Investor global semakin melihat India sebagai pasar prioritas, didukung oleh stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang kuat, dan agenda pembangunan jangka panjang,” kata Anshuman Magazine, ketua CBRE untuk India dan Asia Selatan.
Belanja Rekor di Tahun Pemilu
Anggaran federal India untuk tahun fiskal 2024–25 mengalokasikan 11,1 triliun rupee (sekitar 133 miliar dolar AS) untuk pembangunan infrastruktur—naik hampir 11% dari tahun sebelumnya—meskipun ada tekanan fiskal dari subsidi sosial dan utang publik.
Belanja ini difokuskan pada proyek besar seperti jaringan kereta cepat, pelabuhan laut dalam, perluasan bandara, serta jaringan jalan raya nasional.
“Peningkatan belanja infrastruktur bukan hanya untuk mempercepat pertumbuhan jangka pendek, tapi juga untuk memperkuat fondasi jangka panjang ekonomi India,” kata Rajiv Kumar, mantan wakil ketua NITI Aayog, lembaga think-tank pemerintah.
Investor Global Masuk
Sejumlah dana investasi besar dunia seperti Blackstone, Brookfield, dan GIC Singapura telah meningkatkan eksposur mereka di proyek-proyek India, terutama di sektor energi terbarukan, transportasi, dan logistik.
“Dengan pertumbuhan ekonomi India yang konsisten di atas 6% dan kebijakan pemerintah yang pro-investor, kami melihat peluang jangka panjang yang sangat menarik,” kata seorang pejabat senior di Brookfield Asset Management.
Sementara itu, perusahaan infrastruktur India seperti Larsen & Toubro, Adani Group, dan GMR Group terus memperluas portofolio proyek mereka, mengandalkan baik modal asing maupun pembiayaan domestik.
Tantangan Tetap Ada
Meski begitu, para analis memperingatkan bahwa India masih menghadapi tantangan besar, termasuk lambannya akuisisi lahan, birokrasi yang berbelit, serta risiko pembengkakan biaya proyek.
“Keberhasilan India dalam menarik investasi infrastruktur jangka panjang akan bergantung pada kemampuannya meningkatkan efisiensi birokrasi, mempercepat izin, dan menjamin stabilitas regulasi,” ujar seorang ekonom di Morgan Stanley.
Namun, secara keseluruhan, momentum saat ini menunjukkan India siap menjadi pusat utama investasi infrastruktur global di dekade mendatang, menggantikan sebagian peran Tiongkok sebagai mesin pertumbuhan Asia.













