JAKARTA, Cobisnis.com – PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp305,80 miliar sepanjang tahun 2023, atau tumbuh 20,62 persen dibandingkan pada tahun 2022.
Adapun, lonjakan bottom line ini sejalan dengan pertumbuhan top line HRTA. Pada tahun 2023, HRTA mengantongi penjualan neto sebesar Rp12,86 triliun atau naik sebanyak 85,96 persen ketimbang penjualan HRTA pada 2022 sebesar Rp6,92 triliun.
Direktur Investor Relation Hartadinata Abadi Thendra Crisnanda mengungkapkan bahwa pertumbuhan kinerja HRTA didorong oleh peningkatan volume penjualan emas murni yang signifikan dengan tumbuh 66,88 persen dari 7,75 ton pada 2022 menjadi 12,93 ton pada tahun 2023.
Adapun, Thendra menyampaikan kenaikan volume penjualan tersebut sejalan dengan kenaikan harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP).
“Selain itu, harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) mengalami pertumbuhan sebesar 12,12 persen (YoY) menjadi Rp987.706 pada tahun 2023, dibandingkan pada 2022 sebesar Rp880.922,”jelasnya dalam keterangan resminya Selasa 26 Maret 2024.
Selain itu, Thendra menambahkan, penjualan grosir menyumbang 51,10 persen terhadap pendapatan. Diikuti penjualan ekspor sebanyak 33,26 persen yang dimulai pada tahun 2023 dan penjualan ritel tumbuh menjadi 14,99 persen pada tahun 2023.
Selanjutnya, Return on Assets (ROA) Hartadinata berada di level 6,06 persen, sementara Return on Equity (ROE) berada di posisi 15,50 persen dan rasio utang berbunga terhadap ekuitas sebesar 1,41 kali.
Merujuk laporan keuangan yang rilis di Bursa Efek Indonesia, pendapatan HRTA hampir seluruhnya didapat dari segmen penjualan perhiasan dan logam mulia dengan nilai Rp12,77 triliun jumlah itu setara 99,37 persen dari penjualan neto tahun 2023.
Jika dirinci, lonjakan penjualan neto HRTA disebabkan oleh ekspor penjualan perhiasan dan logam mulia sebesar Rp4,27 triliun pada 2023. Sedangkan pada tahun 2022 HRTA belum membukukan penjualan ekspor perhiasan dan logam mulia.
Selain itu, pasar lokal perhiasan dan logam mulia HRTA juga kompak tumbuh, yang berasal dari segmen grosir dan toko. Penjualan dari grosir mencapai Rp6,56 triliun atau tumbuh 4,45 persen (YoY). Sedangkan dari toko senilai Rp1,92 triliun, atau melonjak 256,27 persen dibandingkan capaian 2022 senilai Rp540,82 miliar.