JAKARTA,Cobisnis.com – PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengungkapkan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA belum bisa memasok Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line. Sebab, dibutuhkan kurang lebih tiga tahun untuk melakukan produksi.
VP Public Relations PT KAI (Persero), Joni Martinus mengatakan bahwa KAI sudah melakukan kesepakatan kerja sama dengan INKA untuk memasok kereta api, termasuk untuk KRL Jabodetabek.
Lebih lanjut, Joni mengatakan untuk produksi dibutuhkan proses 2 sampai 3 tahun. Karena itu, INKA belum dapat memasok kereta.
“Sudah (kesepakatan kerja sama), saya kurang tau berapa (jumlah kereta), yang pastinya sudah terjadi, teman-teman INKA butuh waktu dan butuh proses,” ujarnya kepada wartawan, di Stasiun Bandung, Senin, 6 Maret.
Karena itu, kata Joni, untuk memenuhi kebutuhan kereta saat ini, KCI sudah mengajukan permohonan impor 10 KRL bekas asal Jepang.
Namun, permohonan izin tersebut ditolak Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan alasan mengutamakan industri dalam negeri.
Joni menjelaskan pemenuhan kebutuhan importasi kereta bekas dari Jepang adalah hal yang mendesak dan berkaitan dengan faktor keselamatan. Sebab, KAI tidak bisa memperpanjang masa pensiun dari trainset yang sedang digunakan.
“Sebenarnya kalau bicara gerbong itu harus dipensiunkan atau tidak lagi operasi, ini erat kaitannya dengan keselamatan, ada aspek keselamatan disitu ada faktor safety yang dipertimbangkan,” ujarnya.
Joni menjelaskan jika ada sejumlah rangkaian yang pensiun dan tak segera diganti, maka kapasitas angkutnya bakal berkuruang.
Seperti diketahui, kapasitas setiap satu gerbong mampu melayani 175 orang. Sementara, satu rangkaian KRL terdiri 8 sampai 12 gerbong. Jika dihitung secara simultan atau pulang pergi, maka satu rangkaian kereta bisa melayani puluhan ribu penumpang.
“Karena berkaitan dengan kapasitas angkut. Kita ingin pelayanan tetap baik. Kita melihat kebutuhan masyarakat ke KRL ini tinggi, maka kita harus jaga itu. Maka KCI minta izin impor kereta,” ucapnya.