JAKARTA, Cobisnis.com – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menilai industri perbankan domestik tetap stabil di tengah guncangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menilai industri perbankan domestik juga memiliki resiliensi yang kuat setelah guncangan industri perbankan tersebut.
“Pelaku industri sebetulnya tidak perlu terlalu cemas karena kondisi perekonomian kita cukup resilien terhadap gejolak eksternal,” kata Purbaya, Kamis 30 Maret.
Meski demikian, Purbaya mengingatkan industri perbankan nasional agar tetap mengantisipasi berbagai ketidakpastian ekonomi dengan menjaga permodalan di level yang sehat. Dia mengimbau kepada pelaku industri perbankan agar dapat melihat berbagai sektor yang memiliki peluang besar agar pembiayaan dari perbankan dapat tersalurkan.
Secara makro, kata Purbaya, ekonomi Indonesia juga stabil dan memiliki resilien karena banyak ditopang oleh konsumsi domestik.
Saat ini, ujar Purbaya, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan domestik berada di level yang sehat yakni 2,59 persen (gross) per Januari 2023, dan kapasitas permodalan perbankan atau (Capital Adequacy Ratio/CAR) mencapai 25,93 persen.
Begitu juga dengan likuiditas perbankan yang saat ini, kata dia, dalam keadaan memadai. Alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) per Januari 2023 masing-masing sebesar 129,64 persen dan 29,13 persen.
Purbaya mengimbau masyarakat agar tetap percaya kepada perbankan nasional dan tidak takut untuk memulai berinvestasi meskipun ada potensi resesi di beberapa negara besar.
“Untuk masyarakat juga harus tetap tenang terkait simpanannya sebab aset LPS sekarang sebesar Rp196 triliun lebih. Jadi jangan takut menabung, karena dana LPS sangat cukup untuk menjamin simpanan masyarakat,” kata Purbaya.
Per 28 Februari 2023, total aset LPS mencapai Rp196,68 triliun. Posisi tersebut merepresentasikan kenaikan 5,32 persen secara tahun berjalan (Year To Date/YTD) dibandingkan posisi akhir 2022, atau kenaikan 15,07 persen secara tahunan (Year on Year/YOY).
Pada 2023, LPS menargetkan posisi aset mencapai lebih dari Rp200 triliun agar dapat terus memperkuat kapasitas LPS dalam melaksanakan penanganan bank secara efektif.
Guncangan perbankan di AS mencuat setelah kebangkruta Silicon Valley Bank (SVB) yang mensentralisasikan portofolio pembiayaan pada perusahaan rintisan dan modal ventura. Sebelum SVB, kegagalan bank juga mendera Silvergate Bank dan Signature Bank.
Setelah krisis perbankan di AS, terungkap bahwa sejumlah bank di Eropa juga mempunyai masalah kesehatan keuangan. Raksasa perbankan Credit Suisse akhirnya harus diakuisisi UBS. Baru-baru ini, saham Deutsche Bank juga anjlok setelah risiko kegagalan bayarnya meningkat.